Jumat, 22 November 2024

Prevalensi Obesitas PNS dan TNI-Polri Tertinggi, Imunolog: Penyebabnya Mulai Konsumsi Gula hingga Mager

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi seseorang memiliki lemak perut berlebihan. Foto: Antara

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) beberapa hari lalu merilis hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, yang kemudian ramai jadi bahan perbincangan warganet.

Bagaimana tidak, dalam SKI itu, ada satu laporan mengenai kondisi prevalensi obesitas di Indonesia untuk usia pekerja mulai usia 18 tahun ke atas, yang menempatkan profesi baik PNS, TNI-Polri, hingga pegawai BUMN di urutan teratas. Bahkan angka prevalensi obesitas profesi tersebut mencapai 32 persen.

Sementara di posisi kedua, ada mereka yang tidak bekerja alias pengangguran dengan angka prevalensi obesitasnya mencapai 29,9 persen, disusul pegawai wiraswasta di posisi tiga dengan 24,9 persen.

Terkait hal ini, dr. Ari Baskoro Konsultan Bidang Imunologi dari Universitas Airlangga (Unair) turut memberikan penjelasannya. Dia mengatakan obesitas yang jadi pintu masuk berbagai penyakit seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, hipertensi, hingga stroke itu banyak dipengaruhi oleh lifestyle atau gaya hidup.

Penyebabnya beragam, diantranya pola konsumsi yang tidak terkontrol terhadap gula. Ari menyebut, pola konsumsi gula masyarakat Indonesia berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tertinggi, ada di urutan nomor satu dunia.

“Kita ini importer gula tertinggi di dunia, jadi konsumsi gula harian rakyat Indonesia itu sudah melampaui acuan dari WHO. Jadi kalau saya guideline (pedoman) dari WHO, itu konsumsi gula harian itu seyogyanya hanya sekitar 50 gram per hari atau identik dengan empat sendok makan maksimal. Tetapi di Indonesia, itu kurang lebih sudah mencapai 160 gram, jadi jauh sekali. Itu pemicu utama obesitas,” ujarnya waktu mengudara di program Wawasan Suara Surabaya, Senin (15/7/2024).

Selain itu, Ari juga mengkhawatirkan adanya istilah mager (males gerak) yang sedang tren di kalangan masyarakat terutama pemuda. Kekhawatiran itu disampaikannya berdasarkan hasil survey lain, yang menunjukan bahwa rakyat Indonesia memang paling malas bergerak.

Menurutnya, konsep obesitas juga punya perbandingan antara komponen kalori yang masuk ke tubuh, maupun sebaliknya. Kalori keluar, dicontohkannya bisa dalam bentuk aktivitas fisik seperti berjalan, olahraga dan sebagainya.

“Jadi yang didorong kalau teman-teman dari TNI-Polri dan sebagainya tadi ya mungkin harus ada edukasi, bahwa nutrisi, kebiasaan, lifestyle itu perlu dilakukan edukasi agar lebih paham. Kemudian aktivitas fisik, ya harus digenjot,” ujarnya.

Dibalik tingginya prevalensi pegawai negara, Adi memaparkan kalau Kemenkes sendiri saat ini tengah berupaya menekan berdasarkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dimana target prevalensi obesitas ada di angka 21,8 persen. Beberapa upayanya, diantaranya seperti berinisiatif untuk menerapkan aturan nutri-grid atau color guide, seperti di Singapura.

“Nutri-grid ini akan memberikan panduan kepada konsumen mengenai kandungan gula dalam minuman kemasan, dengan menggunakan kode warna. Hijau berarti aman, sedangkan semakin ke kanan, warna kuning dan merah menunjukkan kandungan gula yang lebih tinggi,” jelasnya.

Meski demikian, dia juga mengajak masyarakat khususnya profesi PNS, TNI-Polri untuk secara mandiri mengubah pola hidupnya. Generasi milenial dan Z juga termasuk, karnea cenderung tidak menyukai sayur dan buah, serta lebih suka makanan/minuman manis.

“Ini adalah masalah yang perlu kita atasi bersama. Kita semua harus berkomitmen untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat demi masa depan yang lebih baik,” pungkasnya. (bil/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
32o
Kurs