Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menggelar pertemuan dengan pihak Masyariq membahas berbagai hal mengenai pelaksanaan puncak haji di Arafah, Mina, dan Muzdalifah (Armuzna).
Melansir Antara pada Selasa (21/5/2024), persiapan-persiapan yang dibahas dalam pertemuan tersebut meliputi smart card (kartu pintar) Arab Saudi, proses pergerakan di Armuzna, hingga makanan siap saji. Semua hal tersebut merupakan hasil evaluasi dari catatan-catatan penyelenggaraan sebelumnya.
“Kita hari ini bertemu dengan Masyariq membahas antara lain mengenai distribusi smart card atau kartu pintar. Ini menjadi salah satu program utama dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. Sebagian smart card ada yang dibagikan di Embarkasi Tanah Air, namun sebagian besar dibagikan saat jemaah tiba di Makkah Al-Mukarramah,” terang Subhan Cholid Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama (Kemenag) RI usai bertemu Masyariq di Makkah, Senin (21/5/2024).
Smart card berbentuk kartu elektronik yang dikeluarkan secara resmi oleh Kerajaan Arab Saudi. Kartu ini baru kali pertama dibagikan pada penyelenggaraan ibadah haji 1445 Hijriah/2024, untuk memudahkan jemaah mengakses informasi terkait haji, seperti lokasi-lokasi pelaksanaan haji di Tanah Suci.
Lebih dari itu smart card itu juga menjadi akses masuk ke Arafah, sehingga kartu tersebut harus selalu dibawa oleh jemaah dan jangan sampai hilang.
“Smart card sudah diberikan oleh Kementerian Haji dan Umrah, tapi masih dikelompokkan berdasarkan urutan abjad. Tim PPIH bersama Masyariq malam ini mengelompokkannya berdasarkan kelompok terbang (kloter). Nanti akan dibagikan ke jemaah berdasarkan kloter,” ujar Subhan.
“Jamaah yang sudah tiba di Makkah akan diperiksa secara acak oleh pihak Arab Saudi, apakah mereka sudah mendapat smart card atau belum,” tambahnya.
Selain itu, rapat bersama Masyariq juga membahas tentang proses pergerakan jamaah dari Armuzna.
Menurut Subhan, Kementerian Haji dan Umrah Kerajaan Arab Saudi telah melakukan pertemuan dengan Masyariq dan menyepakati perlunya skema baru pergerakan jamaah di Masyair al Muqaddasah atau Armuzna. Hal Ini sebagai antisipasi padatnya lokasi Muzdalifah karena dua hal.
Pertama, dampak penambahan toilet yang memakan lahan hingga lebih dari 20.000 m2. Kedua, pemindahan penempatan jamaah di area perluasan Mina (Mina Jadid) ke Mu’aisim.
Kementerian Haji meminta agar ada minimal 40.000 orang yang hanya melewati tidak turun di area Muzdalifah, sehingga skemanya adalah Arafah menuju Muzdalifah (tidak turun) lalu langsung ke Mina.
“Skema ini disebut sebagai Skema Murur. Kementerian Haji menunggu usulan resmi dari Indonesia terkait rincian skema ini. Sedangkan pihak Masyariq berharap agar jemaah yang mengikuti skema Murur ini diatur berbasis maktab,” ungkapnya.
Selain smart card dan Murur, Konsul Haji KJRI Jeddah Nasrullah Jasam mengatakan pertemuan dua pihak ini juga membahas layanan konsumsi berupa makanan siap saji, dimana katering akan dibagikan kepada jamaah saat berada di Arafah dan Mina.
“Kita akan cek makanan siap saji yang sebagian besar sudah tiba di Arab Saudi dan itu akan didistribusikan di Arafah dan Mina,” ucapnya.
Selain di Muzdalifah, kata Nasrullah, pihaknya juga minta agar pihak Masyariq dapat menyajikan makanan bagi jemaah yang mengambil nafar awal (kembali dari Mina ke hotel lebih awal), terutama untuk makan pada 12 Zulhijjah malam dan 13 Zulhijjah pagi.
Puncak ibadah haji, wukuf di Arafah diperkirakan akan berlangsung pada 15 Juni 2024. Sehari sebelum itu, tepatnya pada 14 Juni 2024 jamaah secara bertahap akan diberangkatkan dari Makkah menuju Arafah.
Setelah wukuf di Arafah, malam harinya jemaah diberangkatkan menuju Muzdalifah, lalu ke Mina. Di Mina, jemaah akan menginap pada 11 dan 12 Zulhijjah (nafar awal) atau hingga 13 Zulhijjah (nafar tsani), lalu kembali ke Makkah.
Setelah puncak haji, secara bertahap jemaah haji Indonesia akan kembali ke Tanah Air mulai 22 Juni 2024. (ant/ike/iss/ipg)