Jumat, 22 November 2024

Polling Suara Surabaya: Masyarakat Setuju Penambahan Pemain Asing di Liga 1

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Hasil Wawasan Polling Suara Surabaya Media terkait setuju atau tidak pemain asing ditambah di Liga 1 musim depan? Foto: Bram suarasurabaya.net

PT Liga Indonesia Baru (LIB) memastikan perubahan regulasi pemain asing untuk Liga 1 musim 2024/2025. Kini setiap klub Liga 1 boleh mendaftarkan delapan pemain impor.

Ferry Paulus Direktur Utama PT LIB mengatakan bahwa kompetisi Liga 1 musim depan start 2 Agustus 2024.

Dalam musim baru nanti, Ferry Paulus menyebut setiap tim Liga 1 boleh mendaftar delapan pemain asing. Dengan ketentuan enam pemain asing bebas dari benua apa pun, dan dua pemain dari Benua Asia.

Kedelapan pemain asing itu bisa dimasukkan dalam Daftar Susunan Pemain (DSP). Namun hanya 5+1 yang dapat menjadi starter. Ferry berharap penambahan pemain asing ini membuat kompetisi jadi lebih berkualitas.

BACA JUGA: Klub Liga 1 Bisa Gunakan Delapan Pemain Asing pada Musim Depan

Hanya saja, aturan baru tersebut menimbulkan pro dan kontra. Sejumlah pemain lokal bahkan membuat gerakan di media sosial, serta menyatakan keberatan dengan regulasi itu.

Bagaimana menurut Anda, setuju atau tidak pemain asing ditambah di Liga 1 musim depan?

Dalam diskusi di program Wawasan Polling Suara Surabaya pada Kamis (13/6/2024) pagi, sebagian besar masyarakat setuju dengan regulasi penambahan pemain asing di Liga 1.

Dari data Gatekeeper Radio Suara Surabaya, dari total 65 pendengar yang berpartisipasi, 44 di antaranya (68 persen) setuju penambahan jumlah pemain asing di Liga 1. Kemudian 21 lainnya (32 persen) menyatakan tidak setuju.

Sementara itu, dari data Instagram @suarasurabayamedia, sebanyak 140 votes (67 persen) menyatakan setuju penambahan pemain asing di Liga 1. Sedangkan 69 lainnya (33 persen) tidak sepakat.

Menyikapi kebijakan penambahan pemain asing, Erwin Fitriansyah jurnalis sekaligus pengamat sepak bola mengatakan ada faktor yang membuat kebijakan itu muncul.

“Kalau dari kabar yang beredar, alasannya karena klub mulai kesusahan untuk mencari pemain lokal dengan harga yang terjangkau. Akhirnya dibuka kesempatan untuk pemain asing. Karena di beberapa kasus pemain asing harganya lebih murah daripada pemain lokal, tapi kualitasnya tidak di bawah pemain lokal,” ujar Erwin saat on air di Radio Suara Surabaya pada Kamis pagi.

Erwin menjelaskan, melonjaknya harga pemain lokal disebabkan karena stok pemain lokal siap pakai dan dianggap dapat menunjang performa klub, tidak banyak.

“Ketika stok tidak banyak sementara demand tinggi, dengan sendirinya harga stok yang ada itu juga tinggi. Jadi, misal klub produksi pemain bagus dalam jumlahnya banyak, hal ini dapat dihindari,” imbuh pria asal Surabaya itu.

Erwin juga menegaskan jika regulasi delapan pemain asing tersebut bukan sebuah kewajiban. Klub tidak menggunakan pemain asing pun boleh, bergantung ke kemampuan finansial masing-masing.

Namun sejumlah contoh kasus di Indonesia menunjukkan fenomena lain. Di mana setiap klub menarget atau dituntut juara. Bahkan ada klub promosi yang memborong banyak pemain berlabel bintang.

“Kalau di negara maju seperti Inggris, Jerman di mana ada 20 klub, apa iya seluruhnya mengincar juara? Kalau klub itu memiliki finansial bagus, wajar jika menarget juara. Kalau klub papan tengah, target mereka tentu berbeda,” ujar Editor in Chief Bola.com tersebut.

Ia mengingatkan bahwa penambahan jumlah pemain asing tidak serta merta meningkatkan kualitas kompetisi. Kenaikan itu terjadi kalau kualitas pemain asingnya benar-benar bagus.

“Dengan kebijakan baru ini, idealnya kualitas liga juga naik. Dengan catatan kualitas pemain asingnya bagus. Tapi kalau kualitas pemain kurang bagus, sulit untuk naik,” terangnya.

Sementara itu, kebijakan delapan pemain asing di Liga 1 musim depan, juga direspons dari pemain lokal. Sejumlah nama melakukan kampanye di media sosial.

Kampanye itu justru memunculkan pandangan bahwa para pemain lokal takut bersaing dengan pemain asing. Anggapan ini juga diamini oleh Erwin.

“Pandangan yang berkembang adalah pemain lokal takut untuk bersaing. Padahal kalau memang punya kualitas yang bagus, apa yang ditakutkan untuk bersaing. Kalau punya kualitas, percaya diri saja,” terangnya.

Kepada para klub, Erwin berharap lebih banyak pemain muda berbakat yang mendapatkan kepercayaan untuk tampil di tim utama.

“Logikanya pemain muda dari akademi tidak semahal pemain yang dipanggil Timnas. Sebab harga pemain yang pernah dipanggil Timnas, atau bekas Timnas, itu juga mahal. Jadi salah satu solusinya adalah produksi pemain sendiri,” terang Erwin. (saf/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs