Senin, 25 November 2024

Polling Suara Surabaya: Masyarakat Optimistis Perekonomian Membaik Usai Pemilu

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Hasil Wawasan Polling Suara Surabaya Media terkait apakah masyarakat optimis perekonomian membaik selepas Pemilu. Foto: Bima magang suarasurabaya.net Hasil Wawasan Polling Suara Surabaya Media terkait apakah masyarakat optimis perekonomian membaik selepas Pemilu. Foto: Bima magang suarasurabaya.net

Lembaga riset Danareksa Sekuritas memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,16% year on year (yoy) pada kuartal 1 2024.

Proyeksi ini didorong peningkatan konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. Konsumsi rumah tangga juga diprediksi tumbuh 5,02% (yoy) pada kuartal pertama ini lebih tinggi dari periode sebelumnya.

Faktor-faktor seperti kenaikan upah minimum dan bantuan sosial dari pemerintah, ikut mendorong daya beli masyarakat.

Sedangkan belanja pemerintah diproyeksikan meningkat karena Pemilu. Tapi ada penurunan dalam sektor investasi yang diprediksi tumbuh sebesar 4,10% (yoy). Faktor ketidakpastian pemilu jadi penyebab utama penurunan.

Tahun 2024 juga akan diwarnai tantangan global yang signifikan, menurut proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF). Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat jadi 2,9%, dipicu berbagai faktor termasuk perang di Ukraina, inflasi tinggi, dan kenaikan suku bunga.

IMF memperkirakan inflasi global akan mencapai 6,5% pada tahun 2023, yang kemudian turun jadi 4,1% pada tahun 2024. Sementara suku bunga kebijakan global diperkirakan naik menjadi 5,2% pada tahun 2024.

Selain tantangan global, Indonesia juga menghadapi tantangan domestik pada tahun 2024. Pemilu presiden dan legislatif bisa menimbulkan ketidakpastian politik dan ekonomi yang memengaruhi investasi dan belanja konsumen.

Kenaikan harga pangan dan energi global dapat menyebabkan inflasi di Indonesia meningkat. Sementara defisit anggaran pemerintah diperkirakan akan meningkat karena belanja pemerintah untuk persiapan Pemilu dan pembangunan infrastruktur.

Lantas, apakah Anda optimistis perekonomian membaik selepas Pemilu?

Dalam diskusi di program Wawasan Polling Suara Surabaya pada Kamis (22/2/2024) pagi, masyarakat optimistis perekonomian membaik selepas Pemilu.

Dari data Gatekeeper Radio Suara Surabaya, dari total 15 pendengar yang berpartisipasi, sembilan di antaranya (60 persen) menyatakan optimis. Kemudian enam lainnya (40 persen) tidak optimis.

Sementara dari data di Instagram @suarasurabayamedia, sebanyak 128 votes (61 persen) menyatakan optimis. Sedangkan 82 lainnya (39 persen) tidak optimis.

Rumayya Batubara dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) mengatakan, dalam era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pertumbuhan ekonomi setelah Pemilu lebih besar. Namun hal ini tidak terlalu terlihat dalam era Joko Widodo (Jokowi). Sebab banyak faktor eksternal yang berpengaruh.

“Pak SBY beruntung karena kondisi global sedang bagus. China sedang bertumbuh. Sedangkan di era Pak Jokowi, ekonomi global sedang melambat. Tapi kalau kita bisa mengelola ekonomi dengan baik, seharusnya kita bisa melompat lebih tinggi. Tapi setinggi apa, itu tergantung kondisi ekonomi global,” ujar Rumayya ketika mengudara di Radio Suara Surabaya, Kamis pagi.

Rumayya menyebut perekonomian di tahun Pemilu biasanya lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. Sebab ada pengeluaran dari tim kampanye dan semacamnya.

“Tahun setelah Pemilu sangat-sangat tergantung dari bagaimana presiden baru akan memberikan sinyal pada investor,” ujar Rumayya.

Rumayya menambahkan, meski belum resmi, namun Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang saat ini unggul dalam perhitungan suara, memberi framing bahwa mereka adalah kelanjutan dari Jokowi.

“Artinya, policy juga juga akan follow up dari Pak Jokowi. Ini sebenarnya dari kata mata investor adalah suatu hal yang positif. Karena mereka yang sudah investasi dalam berbagai macam kegiatan di era Pak Jokowi Bisa continue dengan minimum perubahan,” jabar alumnus University of Western Australia itu.

Seberapa kredibel framing tersebut? Menurut Rumayya, hal itu tergantung dalam kinerja Prabowo-Gibran pada 100 hari pertama atau pada tahun pertama.

“Apakah Pak Prabowo benar-benar meneruskan apa-apa yang Pak Jokowi lakukan. Atau justru malah menciptakan suatu arah pembangunan baru,” sebutnya.

Sikap wait and see dari para investor ini, menurut Rumayya, akan menunggu hingga presiden baru dilantik. Sebelum ada presiden yang definitif, ia rasa sikap wait and see ini akan tetap berlangsung.

“Selama masa menunggu ini yang terpenting adalah menjaga momentum ekspektasi konsumen. Investasi yang sifatnya besar mungkin wait and see. Tapi investasi yang sifatnya menengah ke bawah bisa dieksekusi dengan lagi dengan suatu policy-policy yang menunjukkan bahwa dasar-dasar dari fundamental kebijakan ekonomi tidak akan bergeser. Itu yang harus di-maintenance oleh Pak Jokowi,” jabarnya.

Kepada masyarakat, khususnya rumah tangga, Rumayya menyarankan untuk nabung terlebih dulu selepas Pemilu ini. Sebab banyak hal yang tidak pasti.

Saving dulu, jangan spending dulu menurut saya. Yang sifatnya hutang, ditunda dulu. Yang tidak jelas rate of return-nya, ditunda dulu. Wait and see dulu sampai 2025,” sarannya. (saf/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
33o
Kurs