Jumat, 22 November 2024

PMI Surabaya Ingatkan Cuaca Panas Ekstrem Berpotensi Munculkan Sejumlah Penyakit

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Kiri ke kanan: Dedik Irianto Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, dr. Paul A Dwiyanu Staf Ahli Bidang Kesehatan dan Praktisi Kesehatan Penyakit Pernafasan PMI Kota Surabaya, dan Pungky Sugiarto, Staf Bidang Penanggulangan Bencana PMI Kota Surabaya waktu mengisi program Semanggi Suroboyo, Jumat (17/5/2024). Foto: Ikke magang suarasurabaya.net

Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surabaya mengingatkan masyarakat sejumlah potensi penyakit yang bisa muncul karena kondisi cuaca yang lebih panas hingga ekstrem.

Menurut dr. Paul A Dwiyanu Staf Ahli Bidang Kesehatan dan Praktisi Kesehatan Penyakit Pernapasan PMI Kota Surabaya, suhu panas berlebih bisa menyebabkan sebuah penyakit fatal seperti kardiovaskular atau gangguan jantung yang bisa berujung kematian.

“Secara teori seperti itu, tapi secara penemuan karena memang mungkin masih rendahnya pengetahuan tentang hal ini, kadang dianggap bahwa peningkatan insiden ini (murni) memang karena faktor penyakitnya sendiri. Padahal heat (panas) ekstrem itu bisa mengakibatkan injury. Panas yang tinggi itu secara ilmu patologi itu bisa mengakibatkan fatalitas seperti itu,” ujar Paul waktu mengisi program Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya, dengan tema “Antisipasi Dampak Cuaca Panas di Surabaya”, Jumat (17/5/2024).

Dokter spesialis paru itu juga menyebut, polusi udara atau air pollution juga harus jadi perhatian penting. Karena, selain menyebabkan efek rumah kaca yang juga faktor terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global, juga bisa menyebabkan peningkatan berbagai penyakit lainnya.

“Beberapa penyakit yang meningkat akibat air pollution ini seperti contohnya penyakit asma yang meningkat, PPOK (penyakit paru obstruktif kronis), cardiovascular disease (penyakit gangguan jantung), dan yang terlebih adalah kanker ya. Peningkatan kasus-kasus penyakit kanker meningkat ini perlu diwaspadai bersama,” ujarnya.

Dampak perubahan iklim menurutnya juga membawa perubahan ekologi yang menyebabkan kemunculan dan peningkatan beberapa penyakit, seperti kasus demam berdarah yang meningkat di Surabaya.

Kemudian, suhu panas yang tinggi juga mempengaruhi perubahan kualitas air. Dia mencontohkan pada saat musim hujan, kualitas air berubah dengan klorinasi lebih banyak sehingga menyebabkan penyakit lain seperti diare dan sebagainya.

Karenanya, untuk mengantisipasi segala bentuk potensi baik penyakit maupun fenomena lain yang ditimbulkan suhu panas tersebut, PMI Kota Surabaya bersama Koalisi Patrem Boyo (Panas Ekstrem Suroboyo) dan BMKG Juanda akan menggelar “International Heat Action Day” pada 2 Juni mendatang.

Acara itu bagian dari Program Coastal Climate and Heat Action Project (CoCHAP), proyek PMI yang menjadikan Surabaya sebagai percontohan Kota Tangguh Menghadapi Panas Ekstrem.

Pungky Sugiarto, Staf Bidang Penanggulangan Bencana PMI Kota Surabaya yang juga Koordinator Project CoCHAP pada kesempatan yang sama menjelaskan, masyarakat diajak berpartisipasi untuk meningkatkan kesadaran, terkait bahaya atau ancaman dari suhu panas tinggi hingga ekstrem.

Masyarakat bakal diedukasi untuk mulai dari membiasakan diri memakai alat pelindung (APD), mengurangi aktivitas di luar ruangan pada siang hari, hingga membiasakan minum air mineral.

“Kebiasaan-kebiasaan itulah yang kita tingkatkan kembali kesadaran masyarakat, karena dari situ kita bisa mencegah diri kita dan melindungi diri kita dan juga keluarga seperti itu.

Tak berhenti di kampanye, akan ada survei yang hasilnya dianalisa, kelompok yang termasuk rentan panas ekstrem akan diajarkan adaptasi. Menurutnya, upaya ini sebagai metode mempersiapkan diri menghadapi gelombang panas ekstrem yang akan terjadi.

“Pastinya mengedukasi soal perubahan perilaku, seperti menggunakan transportasi umum, yang biasanya pakai kendaraan pribadi, pakai transportasi umum. Kenapa? untuk mengurangi tingkat polutan,” jelasnya. (bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs