Peran Palang Merah Indonesia (PMI) tak hanya sekadar untuk memfasilitasi donor darah. Di balik itu, PMI juga punya peran penting dalam merespon bencana, terutama kecelakaan kecil yang selalu terjadi setiap harinya di setiap sudut kota, seperti di Surabaya.
Apalagi kata dr. Muhlas Udin Wakil Ketua PMI Kota Surabaya, di Kota Pahlawan kecelakaan yang dianggap sebagai bencana kecil dalam sehari bisa mencapai 50 kejadian.
“Kalau di Surabaya ini bencananya harian, yang tersortir banyak itu kecelakaan. Itu kita anggap sebagai bencana kecil, tapi kalau dijumlah jadi sangat besar. Setiap hari itu pergerakan kita se Surabaya ya bisa-bisa 50-an kali. Karena di 112 (call center) itu tidak berhenti terus menerus beritanya (laporannya),” kata Muhlas dalam program Semanggi Suroboyo, Jumat (13/12/2024).
Wakil Ketua PMI Surabaya itu mengatakan, pihaknya dalam merespon cepat penanganan kecelakaan bekerja sama dengan banyak pihak, salah satunya layanan darurat Command Center Surabaya 112.
Setiap laporan kecelakaan yang masuk ke 112 akan segera diarahkan ke unit terdekat, termasuk PMI, rumah sakit, dan puskesmas. Jika terjadi kecelakaan kecil, maka tim dengan satu unit ambulans akan meluncur ke lokasi untuk memberikan pertolongan awal sebelum korban dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
“Misalnya kalau kecelakaannya itu di Benowo, tentu bukan PMI yang di Jalan Sumatra (yang bergerak) itu akan lama, pasti ya dari Benowo, dari rumah sakit terdekat di sana,” bebernya.
Muhlas menambahkan, meskipun di Surabaya lebih banyak bencana harian seperti kecelakaan, PMI juga siap menghadapi bencana-bencana lain.
Menurutnya, setiap langkah yang diambil PMI adalah untuk memastikan keselamatan masyarakat, baik dari bencana alam maupun kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi di jalanan kota besar seperti Surabaya.
Selain itu, PMI juga turut berperan dalam pemetaan dan penelitian soal dampak perubahan iklim bagi kesehatan masyarakat di Surabaya. Dia mencontohkan, pada tahun 2023-2024 suhu terpanas bisa mencapai 39 derajat Celcius sehingga membuat banyak orang mengalami dehidrasi hingga pingsan, dan yang terburuk terkena stroke ringan.
“Maka kita lakukan penelitian kedua, apa sih yang dirasakan oleh penduduk ketika suhunya tinggi. Setelah sudah kita petakan, nah sekarang ini action-nya. Yang pertama, sosialisasi pendidikan kepada masyarakat, misalnya ya selalu membawa air minum, jangan menunggu haus.
Kedua kita juga pencegahan kenaikan suhu dengan cara menanam dan sebagainya Surabaya sudah gencar tapi masih ada tempat-tempat yang perlu ditanami kembali mungkin mati atau mungkin karena kena puting beliung, tumbang dan sebagainya, kita menyulami lagi mungkin sekian juta pohon dalam waktu dua tahun ini,” tutupnya. (bil/ipg)