Sekitar 30-an teman tunanetra yang tergabung dalam Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Kota Surabaya, mendapatkan pembekalan kemampuan untuk menyelamatkan diri dari bencana.
Dalam kegiatan ini, teman tunanetra mendapatkan pembekalan cukup lengkap, mulai dari cara berkomunikasi kepada sesama saat ada bencana, hingga cara menyelamatkan diri dan meminta bantuan saat bencana datang.
Muhammad Abdullah Ibrahim Ketua 1 Pertuni Surabaya menegaskan bahwa pembekalan ini penting bagi teman-teman tunanetra.
“Menjelang akhir tahun ini biasanya memasuki waktu banyak bencana. Dengan pelatihan ini, kami meminimalisir teman-teman disabilitas terkena dampak bencana,” terang Ibrahim saat ditemui suarasurabaya.net, Sabtu (26/10/2024).
Sementara itu, Sigit Ari Ekianto Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Surabaya menjelaskan, prosedur mitigasi bencana yang diberikan pada teman tunanetra, kurang lebih sama seperti peraturan yang umum.
“Hanya saja, karena pelatihan ini untuk teman tunanetra, mereka perlu memanajemen emosi supaya tidak panik saat bencana terjadi, serta tetap mencari perlindungan,” ungkap Sigit.
Bagian paling penting untuk dilindungi, lanjut Sigit, adalah kepala, leher, dan punggung. Karena hal itu sudah menjadi SOP dari mitigasi bencana.
Sigit menerangkan, dalam pelatihan mitigasi bencana hari ini, memang agak terbatas karena dilakukan di dalam ruangan.
“Tapi, kami berusaha mengondisikan teman tunanetra untuk bisa memanfaatkan barang yang ada di ruangan untuk melindungi diri,” jelasnya.
Ibrahim berharap agar acara ini bisa berlanjut ke depannya. Karena menurut Ibrahim, kaum disabilitas menjadi korban dengan dampak terbesar saat terjadi bencana.
“Semoga ke depannya, jumlah pelatihan bisa ditambah lagi baik dari segi kontinuitas, jumlah peserta, hingga jenis pelatihan mitigasi bencana yang berbeda. Mengingat di Jatim, khususnya Surabaya berpotensi lebih dari satu bencana,” tandasnya. (kir/saf/iss)