Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya sedang melakukan percepatan dalam menyelesaikan paket-paket proyek drainase dan jalan yang masih tersisa.
Dari sekitar 200 paket yang ditarget selesai akhir tahun ini, setidaknya ada empat dari lima paket besar yang sedang dikebut. Satu sudah selesai, yaitu pengerjaan box culvert di Jalan HR Muhammad.
Sementara pengerjaan box culvert di Jalan Mayjend Sungkono ditargetkan selesai Oktober untuk mengatasi potensi banjir saat musim hujan.
“Bisa lebih cepat selesainya,” kata Syamsul Hariadi Kepala Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya dalam diskusi Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya FM 100, Jumat (9/8/2024) pagi.
Menurutnya, progres pengerjaan box culvert di Mayjend Sungkono sudah signifikan dilakukan. Malam hari memasang box culvert di bawah jalan, pagi dan siangnya membenahi di atas jalan.
Proyek besar kedua adalah pengerjaan box culvert di Jalan Dukuh Kupang, yang ditarget selesai akhir Agustus ini. Jalan Dukuh Kupang sering kali dilaporkan banjir tinggi saat musim hujan tiba.
Hal itu dikarenakan tidak ada lagi tempat menampung air di bawah. Sehingga badan jalannya terpaksa disobek untuk menanam box culvert atau saluran air. Kemudian diuruk lagi dan dikembali seperti semula.
Oleh karena itu, menurut Syamsul, ukuran saluran air di Dukuh Kupang dibuat lebih besar dari proyek di Mayjend Sungkono.
“Dan karena lokasinya bukan jalan umum atau tidak ramai, sehingga pengerjaannya bisa 24 jam siang sampai malam,” kata Syamsul.
Proyek lainnya adalah Jalan Dupak, yang dijadwalkan selesai bulan September. Namun, kata Syamsul, kontruksi jalannya ditarget selesai pekan depan sehingga lalu lintasnya yang saat ini sedang di-contraflow, sudah bisa dibuka.
Proyek besar lainnya ada di kawasan PBI, Babat Jerawat, yang ditarget selesai Oktober. “Sedang percepatan, nanti akan dilakukan dua arah,” katanya.
Namun begitu, tambah Syamsul, ada satu kendala utama dalam pengerjaan hampir semua proyek drainase ini yaitu utilitas. Oleh karena itu, sebelum proyek dikerjakan, pihaknya selalu koordinasi dengan para pemilik utilitas seperti PDAM, PGN, PLN, dan provider lainnya.
“Kami ajak ngobrol dan mereka punya peta, tapi kadang tidak sesuai,” katanya. Hal itu dikarenakan perkembangan bangunan di atasnya yang memungkinkan utilitas berupa pipa atau kabel tersebut bergeser dari penempatan pertamanya sehingga terkena pengerukan.
Underpass Taman Pelangi
Dalam diskusi 90 menit tersebut, beberapa pendengar ikut bergabung. Sebagian di antaranya menanyakan tentang proyek besar lainnya yaitu underpass Taman Pelangi di Jalan A. Yani.
Sekadar diketahuio, proyek yang bertujuan untuk mengurai kemacetan lalu lintas di sekitar Taman Pelangi sebelumnya memiliki dua opsi. Yaitu jalan bawah tanah atau underpass dan jalan layang atau fly over. Namun saat ini pemkot sudah mengerucutkan pada underpass.
Syamsul bercerita bahwa pemkot sudah bersurat pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat awal tahun 2024 agar anggarannya bisa dicover oleh pusat.
“Tapi anggaran pusat bisa turun kalau gak ada permasalahan. Seperti kontruksi yang fix dan masalah lahan,” kata Syamsul.
Untuk lahan, pemkot Surabaya saat ini tengah melakukan pembebasahan 29 persil termasuk rumah warga yang direncanakan selesai tahun ini.
Sedangkan untuk kontruksi, pemkot akan melakukan koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS) karena di kawasan proyek ada saluran air Kebon Agung yang akan terpotong dan akan membuat dampak signifikan.
Alternatinya, kata Syamsul, salurannya bisa dibelokkan atau dibuat bangunan perlintasan untuk saluran air atau talang.
Sedangkan untuk pengerjaan fisik dari underpass Taman Pelangi ini direncanakan akan berjalan pada 2025 mendatang. (ham/iss)