Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, menggelar pertemuan kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Balai Bahasa dan Budaya Indonesia (BBBI) se-Australia di Melbourne, seperti dalam keterangan tertulis Kemendikbudristek, Jumat (8/3/2024)
Pertemuan bertajuk working dinner ini menghadirkan Aminudin Aziz Kepala Badan Bahasa dan Siswo Pramono Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia Merangkap Republik Vanuatu, serta seluruh Konsul Jenderal RI di wilayah Australia.
Dalam kesempatan tersebut, Aminudin Aziz menyampaikan program-program kebahasaan yang telah disiapkan Badan Bahasa sepanjang tahun 2024 bagi peningkatan penggunaan dan pembelajaran bahasa Indonesia di luar negeri.
Menurutnya, dengan disahkannya keputusan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di sidang umum UNESCO, maka membuanakan bahasa Indonesia di dunia menjadi program prioritas.
“Saat ini bahasa Indonesia dituturkan oleh 3,3 persen penduduk dunia, dan 174 ribu siswa di seluruh dunia. Bahasa Indonesia juga diajarkan 54 negara dan didukung 523 institusi. Target kita adalah untuk memperluas penggunaan bahasa Indonesia di dunia,” urai Aminudin.
Komitmen Badan Bahasa disambut antusias oleh perwakilan Balai Bahasa Indonesia (BBI)/BBBI yang hadir. Amrih Widodo Ketua BBI Australian Capital Territory (ACT) menyampaikan dukungan atas program yang dirancang oleh Badan Bahasa seperti pengiriman guru bahasa Indonesia.
Amrih menjelaskan bahwasanya kehadiran guru bahasa Indonesia khususnya di ibu kota Australia, Canberra, sangat diperlukan. Karena saat ini, masalah kekurangan guru bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia cukup mengkhawatirkan, mulai dari level pendidikan dasar sampai jenjang menengah dan perguruan tinggi.
Selain dukungan, BBI/BBBI se-Australia juga menyampaikan beragam tantangan dan masukan untuk pengembangan bahasa Indonesia di Australia. Salah satu kendala yang mengemuka dalam pertemuan ini adalah bahan ajar yang kurang sesuai konteks pembelajaran di Australia. Perlunya konten yang relevan dengan situasi Australia menjadi penting jika ingin menarik minat siswa pada bahasa Indonesia.
Selanjutnya, Danielle Horne Ketua BBI Perth mengatakan, mengajarkan bahasa Indonesia di Australia perlu fokus pada membangkitkan rasa senang anak-anak pada pelajaran bahasa Indonesia. Menurutnya, siswa sekolah dasar bisa belajar bahasa Indonesia karena di sekolahnya masih mewajibkan untuk mengambil mata pelajaran tersebut. Namun di sekolah menengah, bahasa Indonesia adalah mata pelajaran pilihan.
“Anak-anak perlu tahu untuk apa mereka belajar bahasa Indonesia. Sebagai contoh, anak-anak tertarik belajar bahasa Jepang karena mereka suka dengan manga, anime, yang membuat mereka ingin tahu bahasanya. Sementara untuk bahasa Indonesia mereka tidak tahu apa yang menarik sehingga perlu memilih pelajaran tersebut di sekolah. Itu yang menyebabkan semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin sedikit siswa yang memilih bahasa Indonesia,” kata Danielle.
Konten menarik dalam media yang digemari siswa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan minat terhadap bahasa Indonesia. Seperti yang disampaikan Silvy Wantania, Presiden Victorian Indonesian Language Teachers’ Association (VILTA), bahwa dalam mengajar bahasa Indonesia siswa perlu diberikan tujuan yang baru. Jadi tidak hanya fokus pada ujian dan skor, namun perlu bahan ajar yang kontennya relevan dengan minat siswa, dan yang tidak kalah penting adalah kolaborasi dengan mata pelajaran lain.
“Dalam mengajarkan bahasa Indonesia, kami berkolaborasi dengan mata pelajaran lain seperti biologi dan geografi. Bahkan, kami mengajak anak-anak untuk berkunjung ke Indonesia tidak hanya untuk praktik langsung berbahasa Indonesia, namun juga untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan mata pelajaran seperti biologi dan geografi tersebut,” jelas Silvy.
Mendengar masukan dari “pejuang” bahasa Indonesia di Australia ini, Aminudin menyampaikan apresiasi atas tekad untuk memartabatkan bahasa Indonesia di negara Kangguru tersebut. Ia pun setuju penyusunan bahan ajar bahasa Indonesia di Australia perlu disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan siswa.
“Kemendikbudristek siap memfasilitasi guru-guru untuk menulis buku yang sesuai dengan konteks masing-masing negara. Setiap buku yang diterbitkan akan menjadi milik kementerian dan dapat digunakan secara luas,” tegas Aminudin.
Pada kesempatan yang sama, Dubes Siswo Pramono, menyampaikan komitmennya untuk menyelesaikan persoalan ketersediaan guru bahasa Indonesia di Australia lewat jalur diplomasi. Ia mengatakan, akan terus mendorong diskusi dengan pemerintah Australia untuk mencari jalan agar ketersediaan guru bahasa Indonesia di Australia bisa terpenuhi.
“Ini adalah tanggung jawab kita bersama, dan kolaborasi seperti ini sangat dibutuhkan dalam konteks promosi bahasa Indonesia,” kata Siswo.
Senada dengan itu, Mukhamad Najib Atdikbud KBRI Canberra juga menyampaikan kalau permasalahan dalam pengembangan dan pembelajaran bahasa Indonesia di Australia dapat segera diatasi.
“Kantor Atdikbud KBRI Canberra terus berkomitmen untuk memfasilitasi dan menjembatani komunikasi antara pemerintah Indonesia dengan BBI/BBBI dan asosiasi-asosiasi kebahasaan di Australia,” tegas Nakjib.
Najib turut menambahkan, bahwa acara ini juga dimaksudkan sebagai sarana urun rembug penguatan bahasa Indonesia di Australia. Selain pengurus BBI/BBBI se-Australia, hadir juga Presiden VILTA, akademisi dari Monash University, Deakin University dan La Trobe University.
Sebagai informasi, saat ini terdapat 5 Balai Bahasa dan Budaya Indonesia di Australia, yaitu BBI-Australian Capital Territory, BBI-Perth, BBBI Victoria & Tasmania, BBBI-Queensland, dan BBBI-New South Wales.(faz/iss)