Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menargetkan pelayanan kesehatan berjalan terintegrasi pada 2025.
Nantinya, pelayanan kesehatan di Kota Pahlawan tak hanya terpusat di rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), tapi sampai pos pelayanan terpadu (posyandu).
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menyebut, target itu setelah adanya kick off dan diseminasi hasil asesmen penerapan Integrasi Layanan Primer (ILP) kesehatan.
Tahun 2024 akan dimulai dua pusat pelayanan kesehatan di kelurahan, yaitu posyandu dan puskesmas pembantu (pustu).
“Saya ingin pelayanan itu tidak terfokus di puskesmas, untuk pelayanan itu ada di pustu, sehingga di setiap kelurahan itu ada satu. Jadi tidak hanya terfokus pada puskesmas, di tahun 2024 ini setiap posyandu tidak hanya melakukan pos pelayanan keluarga tetapi juga pelayanan kesehatan,” kata Eri lewat keterangan pers Diskominfo Kota Surabaya, Selasa (26/3/2024).
Dua posyandu dan 153 pustu akan mulai membuka layanan kesehatan tahun ini. “Jadi ada perawat dan bidannya, semoga bisa terus berkembang,” imbuhnya.
Target keseluruhan baru berjalan 2025. Nantinya di setiap RW akan ada dua petugas kesehatan, yaitu satu bidan dan satu perawat.
“Jadi kalau dia (warga) itu berobat ya di sini (Posyandu). Kalau pun tidak mampu di sini, baru dilakukan di Pustu. Kalau tidak mampu dilakukan di Pustu maka bisa dilakukan di Puskesmas atau rumah sakit,” ujarnya.
Diketahui, ILP adalah hasil kerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan organisasi bidang kesehatan PATH.
Ni Made Diah perwakilan Direktorat Jenderal (Dirjen) Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat komitmen, akan mendukung upaya Pemkot mendeteksi dini masalah kesehatan.
“Kami akan mendukung, dari Kemenkes akan menyiapkan, karena sudah sejalan dengan kebijakannya dan instrumen layanan, pedomannya saya rasa sudah sejalan dengan Pak Wali, dalam mendeteksi dini masalah kesehatan,” kata Diah.
Diah menyebut, pendampingan Kemenkes RI dan PATH terhadap Pemkot Surabaya nantinya adalah memberikan pelayanan kesehatan dengan pendekatan kebutuhan siklus hidup.
“Misal, kalau di posyandu itu semula hanya melayani balita, kemudian sekarang sekitar 2.600 posyandu di Surabaya itu sudah bisa melakukan layanan siklus hidup dan kunjungan rumah. Bukan cuma balita, dan bukan cuma ibu. Di pustu pun demikian, di situ kan ada Kader nah itu lah nanti yang akan didampingi oleh PATH,” sebutnya. (lta/saf/ipg)