Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengambil langkah darurat membersihkan sungai perbatasan penyebab banjir di Gunung Anyar.
Syamsul Hariadi Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya menyebut, pembersihan eceng gondok yang menyumbat aliran sungai dilakukan mulai dua hari terakhir.
“Pak Wali Kota Eri meminta agar segera diambil langkah cepat. Kami mulai pembersihan eceng gondok sejak dua hari lalu dengan menggunakan alat berat,” katanya lewat keterangan pers DIskominfo Surabaya, Sabtu (28/12/2024).
Tujuannya, agar genangan air di daratan tidak lagi tertahan dan menyebabkan banjir.
“Musuh eceng gondok ini sebenarnya air laut. Ketika terkena air laut, eceng gondok akan mati. Namun, jika jumlahnya banyak, artinya air laut tidak sampai ke sini, dan air darat pun tidak bisa keluar,” jelasnya.
Namun, langkah awal ini akan dilanjutkan dengan koordinasi bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas yang berwenang mengelola sungai.
“Mangkanya kami juga koordinasi langsung dengan BBWS Brantas dan pengelola tol,” tuturnya.
Termasuk akan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo yang areanya ikut terdampak banjir.
“Hari Senin atau Selasa, saya akan ke BBWS Brantas atau ke teman-teman Sidoarjo untuk koordinasi lebih lanjut terkait Kali Perbatasan. Ini kita (Pemkot Surabaya) berbuat apa, teman-teman berbuat apa, tapi sementara kita turun dulu tidak apa-apa,” imbuhnya.
Menurutnya tidak sekedar pembersihan eceng gondok, tapi butuh normalisasi sungai perbatasan juga pengerukan sedimen untuk mengembalikan sesuai fungsi semula.
“Kalau itu dilakukan, wilayah seperti Gunung Anyar, Rungkut Menanggal, dan Siwalankerto bisa benar-benar aman dari banjir,” tandasnya.
Sebelumnya, banjir terjadi di Gunung Anyar Surabaya selama dua hari, 24-25 Desember 2024.
Penyebabnya, aliran sungai perbatasan tersumbat eceng gondok hingga tingginya sedimentasi sungai.
Muchson Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Gunung Anyar, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya mengaku ke pemkot sudah mengirimkan surat permohonan kepada Dinas PU Sumber Daya Air (SDA) Jawa Timur dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas agar melakukan normalisasi pada Maret 2024. Lalu diagendakan pengerukan pada Juli 2024, namun belum juga jadi.
”Tapi sampai sekarang belum ada realisasi. Ini sangat urgen sekali, karena sudah dangkal dan banyak eceng gondok yang menumpuk. Sehingga menghambat aliran air menuju ke laut, terutama air rob dari laut akan menumpuk di sini. Di samping itu, ada hujan deras, akibatnya kampung kami banjir,” katanya. (lta/iss)