Jumat, 22 November 2024

PBB: Serangan Israel terhadap UNIFIL Dapat Dianggap Kejahatan Perang

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Masyarakat internasional dan Dewan Keamanan PBB harus meluncurkan penyelidikan terhadap serangan sistematis dan disengaja Israel terhadap Pasukan sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) yang ditempatkan di Lebanon selatan, kata Kementerian Luar Negeri Lebanon. Foto: Antara

Kecaman terus mengalir kepada Israel atas serangan terhadap Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon (UNIFIL), yang telah melukai sejumlah anggota pasukan penjaga perdamaian di bagian selatan negara Arab tersebut.

Bahkan, Antonio Guterres Sekretaris Jenderal PBB menyebut serangan itu sebagai kejahatan perang.

“Serangan kepada pasukan penjaga perdamaian merupakan pelanggaran hukum internasional dan bisa jadi kejahatan perang,” kata Guterres yang disampaikan Stephane Dujarric juru bicaranya, Senin (14/10/2024), dilansir dari Antara.

“Personel UNIFIL dan sejumlah posisi penempatannya tidak boleh menjadi sasaran,” ungkap Dujarric mengacu pada pasukan internasional yang memakai helm biru tersebut.

Ia juga menambahkan bahwa “dalam insiden sangat mengkhawatirkan yang terjadi hari ini (Minggu (13/10/2024)), gerbang masuk posisi PBB juga sengaja diterabas oleh kendaraan lapis baja Israel.”

Setidaknya lima pasukan penjaga perdamaian telah terluka dalam beberapa hari terakhir akibat serangan Israel di Lebanon selatan itu. Dua diantaranya merupakan tentara asal Indonesia.

Pada Sabtu (12/10/2024), 40 negara yang berkontribusi dalam misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon mengeluarkan pernyataan bersama, mengutuk serangan Israel terhadap misi tersebut dan menyerukan penyelidikan atas insiden yang terjadi. Spanyol, Prancis, dan Italia telah mengecam serangan tersebut sebagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan.

Sementara sehari sebelumnya, Jumat (11/10/2024), Joe Biden Presiden AS juga mengatakan bahwa dia telah mendesak Israel agar berhenti menargetkan pasukan penjaga perdamaian.

Sementara itu, Turki mengatakan serangan Israel terhadap UNIFIL merupakan ekspresi dari kebijakan pendudukan Netanyahu di Lebanon.

Peran pasukan penjaga perdamaian PBB sangat penting, terutama mengingat fakta bahwa Israel berupaya memperluas perang di kawasan tersebut, ucap Kementerian Luar Negeri Turki.

Turki juga menambahkan bahwa Dewan Keamanan PBB harus mencegah serangan terhadap pasukan yang berafiliasi dengan badan dunia tersebut.

UNIFIL, misi sekitar 9.500 tentara dari berbagai negara yang dibentuk setelah invasi Israel ke Lebanon pada 1978, menuduh militer Israel sengaja menembaki posisinya.

Benjamin Netanyahu Pemimpin Israel meminta Guterres pada Minggu (13/10/2024) untuk memindahkan pasukan penjaga perdamaian keluar dari jalur bahaya, dengan mengeklaim Hizbullah menggunakan UNIFIL sebagai perisai manusia. UNIFIL telah menolak untuk meninggalkan posisi mereka. (ant/nis/bil/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs