Sabtu, 18 Januari 2025

PBB Sebut Jatuhnya Rezim Assad Jadi Momentum Penting Setelah Penderitaan Suriah

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Geir O. Pedersen Utusan Khusus PBB untuk Suriah, pada Sabtu (7/12/2024) menyerukan pembicaraan politik mendesak di Jenewa untuk mengimplementasikan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254. Foto: Antara

Geir Pedersen utusan PBB untuk Suriah menyebut jatuhnya rezim Bashar al-Assad Presiden sebagai momentum penting dalam sejarah Suriah, setelah hampir 14 tahun rakyat negara itu mengalami penderitaan yang tak henti-hentinya dan kehilangan yang tak terkatakan.

“Babak gelap ini telah meninggalkan luka yang dalam, tetapi hari ini kita menantikan dengan harapan untuk dibukanya babak baru, babak perdamaian, rekonsiliasi, martabat, dan inklusi bagi semua warga Suriah,” kata Pedersen dalam sebuah pernyataan, Minggu (8/12/2024) yang dilansir Antara.

“Bagi mereka yang mengungsi, momentum ini memperbarui visi untuk kembali ke rumah mereka yang pernah hilang. Bagi keluarga yang terpisah oleh perang, ini merupakan awal dari reuni yang membawa harapan,” tambahnya.

“Bagi mereka yang ditahan secara tidak adil, dan keluarga-keluarga dari mereka yang ditahan dan hilang, dibukanya pintu penjara mengingatkan kita akan jangkauan keadilan pada akhirnya.”

Assad sendiri melarikan diri dari Suriah dan saat ini dilaporkan berada di Rusia untuk mencari suaka, setelah kelompok anti-rezim menguasai Ibu Kota Damaskus, Minggu dini hari waktu setempat.

Peristiwa ini juga menandai runtuhnya rezim Partai Baath, yang telah memerintah Suriah sejak 1963. Jatuhnya rezim Assad terjadi hampir seminggu setelah kelompok anti-rezim menguasai Aleppo, kota besar di Suriah utara.

Pedersen mengakui bahwa meskipun masih ada tantangan besar ke depannya, tetapi momentum ini penting untuk menyambut pembaruan di Suriah.

“Ketahanan rakyat Suriah menawarkan jalan menuju Suriah yang bersatu dan damai,” katanya.

Utusan khusus PBB itu meminta semua aktor bersenjata di lapangan untuk menjaga perilaku baik, hukum dan ketertiban, melindungi warga sipil, serta menjaga lembaga publik.

Ia juga mendesak semua warga Suriah untuk memprioritaskan dialog, persatuan, dan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional dan hak asasi manusia, ketika mereka berusaha membangun kembali masyarakat mereka.

“Harus ada upaya kolektif untuk mengamankan perdamaian dan martabat bagi semua,” kata Pedersen.

“Mari kita hormati kenangan mereka yang telah menderita selama beberapa dekade dengan berkomitmen untuk membantu warga Suriah membangun Suriah, di mana keadilan, kebebasan, dan kemakmuran menjadi kenyataan bersama,” tutupnya. (ant/nis/bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Sabtu, 18 Januari 2025
27o
Kurs