Jumat, 22 November 2024

PB IDI Dukung Roebiono Kertopati sebagai Calon Pahlawan Nasional 2024

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Roebiono Kertopati Bapak Sandi Nasional. Foto: istimewa

Indonesia memperingati Hari Sandi Nasional setiap tanggal 4 April sebagai tonggak kelahiran cikal bakal lembaga sandi negara yang sekarang bernama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Sejarah mencatat tanggal 4 April 1946, Amir Syarifoeddin Menteri Pertahanan saat itu memandang perlu adanya pengamanan komunikasi di Kementerian Pertahanan dan Angkatan Perang RI dan memerintahkan seorang dokter yang bertugas di kementerian pertahanan yaitu Dokter Roebiono Kertopati untuk membentuk Dinas Kode.

Seiring berjalannya waktu, Dinas Kode beberapa kali mengalami perubahan nama, di antaranya Djawatan Sandi (1949), Lembaga Sandi Negara (1972) dan tahun 2021 menjadi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Tahun ini, BSSN sedang memperjuangkan pengusulan pendiri institusi sandi negara yaitu Mayjen TNI (purn) dr. Roebiono Kertopati (1914-1984) sebagai calon pahlawan nasional.

Dalam peringatan Hari Sandi Nasional, Adib Khumaidi Ketua Umum PB IDI menyampaikan apresiasi atas inisiasi BSSN serta menyatakan dukungan.

Dukungan PB IDI itu didasarkan alasan almarhum Roebiono Kertopati sudah mewujudkan trias peran dokter sebagaimana visi Dokter Wahidin Sudirohusodo, Dokter Cipto Mangunkusumo, Dokter Soetomo dan para dokter pendiri bangsa yaitu dokter sebagai agent of change, agent of development dan agent of treatment.

Muhammad Isman Jusuf dari Departemen Kajian Sejarah dan Kepahlawanan Dokter Bidang Organisasi PB IDI menyampaikan, sebagai Agent of Change, Mayjen TNI (Purn) Dr Roebiono Kertopati selalu terlibat dan ikut mewarnai setiap tonggak sejarah Republik Indonesia.

“Di masa penjajahan Belanda, Pak Roebiono melayani masyarakat terpencil yang mengalami gangguan kesehatan serius di Papua dan Maluku Utara. Di masa pendudukan Jepang, dia melaksanakan tugas membantu para korban perang dan tawanan yang sakit. Di masa revolusi fisik dan perjuangan diplomasi, dia membuat sistem-sistem sandi untuk mengamankan komunikasi berita di medan peperangan, di dalam perundingan antara Pemerintah RI, Belanda, dan dengan PBB, pada komunikasi pemberitaan di perbatasan dan di dalam gerilya di pedalaman,” ujarnya lewat pesan tertulis yang diterima suarasurabaya.net, Kamis (4/4/2024).

Di masa kemerdekaan, selain berperan sebagai abdi sandi, Pak Roebiono memiliki peran yang besar dalam pengembangan tenaga atom dan telekomunikasi di Indonesia. Pada saat terjadi peristiwa G30S/PKI, dia ditunjuk menjadi Ketua Tim Forensik Autopsi Tujuh Jenazah Pahlawan Revolusi.

Mayjen TNI (purn) Dr Roebiono Kertopati adalah seorang dokter kelahiran Ciamis, Jawa Barat pada 11 Maret 1914 dan merupakan alumnus Nederlands Indische Arts School (NIAS).

Sebagai Agent of Development, Mayjen TNI (Purn) Dr Roebiono Kertopati ikut berkontribusi dalam pembangunan bangsa melalui kiprahnya sebagai Kepala Lembaga Sandi Negara pertama yang menjabat hampir 38 tahun, sejak bernama Dinas Code (1946), Djawatan Sandi (1949), Lembaga Sandi Negara (1972) hingga wafatnya pada 23 Juli 1984.

Berbagai keberhasilannya di bidang persandian membuatnya diangkat menjadi ‘Bapak Persandian Nasional.’ Selain itu dia pernah berkiprah sebagai dosen di PTIK dan Lemhanas (1965-1966), Ketua Dewan telekomunikasi indonesia (1966) dan ketua Dewan Pengawas Pembangunan RSPAD Gatot Soebroto (1971-1978).

Sebagai Agent of Treatment, Mayjen TNI (Purn) Dr Roebiono Kertopati mendapat penugasan sebagai dokter pemerintah di Merauke pada 13 November 1941.

Pada September 1944 sampai Februari 1945, dia ditugaskan di Morotai untuk memimpin pemberantasan penyakit malaria serta bekerja di rumah sakit Eugenie merawat 400 orang laki-laki, perempuan, dan anak-anak.

Sejak Februari sampai Mei 1945, dia bertugas sebagai Service Garnizoen Art di Casino, NSV Australia dalam kesatuan DVG. Lalu, mulai Mei sampai Juli 1945 sebagai Chief Medical Depter Med. Service Rr Occopied Territory di Holandia-Nederlands Nieuw Guinea dalam kesatuan DVG.

Kemudian, per Juli sampai Agustus 1945, Dr Roebiono bertugas sebagai Senior Medical Ovb di Morotai-Maluku Utara. Sejak Agustus 1945 Dr Roebiono ikut membantu mengurus tawanan perang dari Jepang di Jakarta dan Surabaya dalam kesatuan RAPWI (Recovery of Allied Prisoners of War and Internees).

Setelah RAPWI resmi dibubarkan di tahun 1946, Dr Roebiono diangkat sebagai dokter pada Kementerian Pertahanan. Dia juga dipercaya sebagai tim dokter kepresidenan di masa Presiden Soekarno. (rid/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs