Senin, 2 Desember 2024

Mitigasi Angin Puting Beliung, Pakar Minta Tidak Hanya Dilakukan dengan Perantingan Pohon

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Atap GOR Suryanaga Surabaya rusak akibat hujan disertai angin kencang, Jumat (29/11/2024). Foto: Risky suarasurabaya.net

Bencana hidrometeorologi kembali terjadi di beberapa daerah di Indonesia seiring dengan terjadinya cuaca buruk di musim hujan.

Hujan deras disertai angin kencang menjadi salah satu bencana yang mengakibatkan kerusakan, seperti pohon tumbang hingga fasilitas umum dan rumah warga rusak.

Amien Widodo Pakar Geologi Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) mengatakan, perlu antisipasi menyeluruh untuk menghindari adanya kejadian pohon tumbang dan ranting patah ketika hujan dan angin kencang datang.

“Bencana angin puting beliung dikategorikan sebagai bencana berisiko tinggi, sehingga harus ada pengelolaan risiko,” kata pria yang juga peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS dalam webinar, Minggu (1/12/2024).

Menurutnya, bentuk mitigasi seperti perantingan pohon saja tidak cukup, karena kalau melihat peristiwa di tahun-tahun sebelumnya, masalah yang timbul akibat angin puting beliung bukan hanya patahnya ranting pohon.

Amien Widodo peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) dalam webinar antisipasi angin puting beliung. Foto: Tangkapan Layar Zoom Meeting

Amien menekankan pentingnya dilakukan juga pemeriksaan pohon, seperti melihat berapa umur pohon, sampai bagaimana kondisi terbarunya, mulai dari batang, pangkal hingga ranting.

“Karena selama ini hanya perantingan, harus ditambah dengan mengontrol kondisi. Kelurusan pohon juga harus dilihat, kalau miring dipotong saja,” tuturnya.

Jika pohon memiliki kondisi berbahaya untuk keselamatan warga ketika hujan dan angin kencang tiba-tiba datang, seperti ada penyakit yang membuat kayu keropos dan kering maka ia menyarankan agar segera ditebang dan diganti pohon yang baru.

Ia menegaskan, pohon tumbang atau ranting patah bukan bencana alam, karena ketika datang angin kencang di sebuah wilayah, tidak semua pohon tumbang, tetapi hanya yang kondisinya rapuh yang tumbang.

“Seperti pohon dengan akar serabut yang tidak sebanding dengan diameter batang pohon juga,” imbuhnya.

Dengan frekuensi kejadian yang semakin tinggi, jika antisipasi tersebut tidak segera dilakukan, maka jumlah pohon tumbang ketika hujan deras dan angin kencang datang, bukan tidak mungkin semakin banyak.

Kondisi tersebut bukan hanya menimbulkan kerusakan saja, tetapi juga bisa memakan korban , sehingga kerugian bisa semakin besar.

“Jadi sudah harus ada respon. Ini belum berakhir, karena masih Desember. Perlu diketahui, ada tren meningkat, apalagi ada perubahan iklim, jadi angin semakin kencang, frekuensinya semakin banyak,” katanya.

Sementara itu, Taufiq Hermawan Kepala BMKG Juanda menjelaskan, pohon tumbang sering terjadi ketika musim hujan, karena adanya cuaca ekstrem.

“Angin puting beliung itu terjadi dalam kondisi cuaca ekstrem, yang disebabkan oleh awan cumulonimbus. Ini terjadi dalam waktu singkat, beberapa menit saja, bersifat lokal, namun sangat destruktif,” jelasnya.

Seperti diketahui, akibat cuaca buruk di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Surabaya, telah terjadi ranting dan battang pohon yang patah dan menganggu perjalanan. Bahkan di Malang, akibat pohon tumbang ada pengendara yang meninggal dunia. (ris/kir/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 2 Desember 2024
26o
Kurs