Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan (Menkes) RI menginginkan Rumah Sakit Vertikal milik pemerintah bisa beroperasi seperti Mayo Clinic di Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terbaik di dunia.
“Yang saya heran dengan Mayo itu dokter-dokternya semuanya melakukan clinical trial (uji klinis–red) dengan obat-obatan dan alat-alat yang paling modern di dunia,” kata Menkes waktu meresmikan Fatmawati Orthopaedic Center di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta, Jumat (2/2/2024) yang dilansir Antara.
Budi mengatakan, Mayo Clinic bisa maju karena klinik tersebut berbayar, namun bukan untuk mencari keuntungan. Biaya clinic dikembalikan kepada pasien berupa fasilitas dan kualitas pelayanan kesehatan yang baik.
Menkes melanjutkan, pelayanan kesehatan yang baik dipengaruhi oleh kesejahteraan para tenaga medis dan kesehatan yang baik, di mana hal tersebut menjadi prioritas di Mayo Clinic.
Selain itu, kata Budi, Mayo Clinic berisikan dokter dari pasien yang beragam, bahkan dari seluruh dunia. Hal itulah yang menyebabkan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut selalu ramai dikunjungi, baik siang maupun malam. Tidak seperti Rumah Sakit Vertikal di Indonesia yang umumnya hanya melayani di pagi dan siang hari.
“Nah itu jadi pengalaman saya. Ternyata rumah sakit pemerintah itu nggak fully utilized (tidak dimanfaatkan sebaik mungkin),” ujarnya.
Karena itu, Budi Gunadi menekankan langkah-langkah khusus perlu diambil dalam mewujudkan hal tersebut. Di antaranya mendirikan sejumlah Rumah Sakit Vertikal baru di beberapa wilayah di Indonesia, serta mendorong pembukaan layanan eksekutif di sejumlah rumah sakit tersebut.
Ia juga menyebutkan, salah satunya diawali dengan peresmian Fatmawati Orthopaedic Center sebagai layanan ortopedi eksekutif lengkap yang diharapkan dapat direplikasi di berbagai Rumah Sakit Vertikal di Indonesia.
Sementara itu, keuntungan dari fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga medis dan tenaga kesehatan, meningkatkan subsidi masyarakat Indonesia yang memiliki penyakit yang parah, serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
“Akses ke lab dan ke alat-alat gitu ya (harus mudah seperti) bagaimana kalau mau pakai CT scan, mau pakai MRI, bagaimana jalurnya supaya cepat, obat-obatannya mesti ada apa enggak, parkirnya ada apa enggak, bersih apa enggak, pelayannya senyum apa enggak, bisa kerja apa enggak, rehab mediknya gimana, itu mesti diberesin,” kata Menkes. (ant/sya/bil/iss)