Waritsah Sukarjiyah Kepala Seksi Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur (Jatim) menyatakan, prevalensi stunting Jatim tahun 2023 berada di angka 17,7 persen. Sementara di tahun 2024 ini, Jatim menargetkan prevalensi stunting bisa turun di angka 14 persen.
“Beberapa upaya sudah dilakukan kemarin, kami juga melakukan rapat koordinasi tim percepatan penurunan stunting, kita berupaya bagaimana secepat mungkin target itu tercapai,” katanya di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Rabu (15/5/2024).
Ia mengatakan, bahwa saat ini Dinkes juga berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat penurunan stunting. Selain dengan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), kolaborasi juga dilakukan dengan Unicef selaku organisasi dana anak PBB.
Tahun ini, kata dia, Unicef juga punya program penguatan dan pendampingan terhadap ibu hamil. Langkah itu menurutnya, akan menjadi upaya bagus untuk mencapai target.
“Kalau sebelumnya ada pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil, nantinya juga ada program baru dari Kemenkes, yaitu pemberian multinutrien suplemen. Nanti InsyaAllah akan dibarengkan dengan program Unicef,” tuturnya.
Pihaknya memastikan, 38 Kabupaten Kota di Jatim nanti, akan mendapatkan Multinutrien Suplemen untuk memastikan program percepatan penurunan stunting berjalan sesuai rencana.
“Dari Unicef akan mendampingi tiga Kabupaten, yaitu kabupaten Lumajang, Bondowoso dan Kediri. Mudah-mudahan ini akan lebih cepat lagi untuk mempercepat penurunan stunting,” ujarnya.
Tiga Kabupaten yang didampingi oleh Kemenkes dan Unicef tersebut, kata dia, merupakan Kabupaten dengan indikator ibu hamil terbanyak saat ini, sehingga perlu pendampingan yang lebih.
“Kebetulan juga program multinutrien suplemen ini sudah berlangsung. Sudah ada penelitian uji coba dari Kemenkes tahun lalu di dua kabupaten, yaitu Pasuruan dan Nganjuk,” ungkapnya.
Sementara itu, Tubagus Arie Rukmantara Kepala Kantor Unicef Perwakilan Indonesia untuk Wilayah Jawa di Surabaya mengatakan, dengan kolaborasi yang masif, menurutnya, minimal akan ada dua dampak, yakni kuatnya kerja sama dan kuatnya revitalisasi posyandu dalam upaya penurunan wasting dan stunting.
“Bagi kami, satu anak stunting, satu anak wasting itu tidak boleh. Jadi, kami hadir untuk seluruh anak,” ucapnya.
“Jadi Kabupaten Kota yang kita bantu bukan karena besar atau kecil, tapi satu pun tidak boleh ada yang wasting atau stunting. Kita melihat bagaimana cara mempraktikkan dengan cara terbaik,” pungkasnya. (ris/bil/ipg)