Sabtu, 18 Januari 2025

Lembaga Pengawas Global Pantau Program Senjata Kimia di Suriah

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Liga Negara Arab, menyerukan kepada pihak-pihak yang peduli dengan stabilitas regional dan internasional untuk mendukung rakyat Suriah dalam masa transisi kekuasaan yang akan datang, termasuk dengan mencabut sanksi, Minggu (8/12/2024) . Foto: Antara

Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) menyampaikan keprihatinan mendalam terkait status program senjata kimia di Suriah dan kepatuhhannya terhadap Konvensi Senjata Kimia (CWC), terutama di tengah dinamika transisi politik yang sedang berlangsung.

Menurut laporan Antara, Sekretariat Teknis OPCW menegaskan komitmennya untuk terus mengawasi situasi di Suriah dengan ketat. Hal ini dilakukan karena masih adanya celah dan ketidaksesuaian dalam laporan deklarasi senjata kimia Suriah yang belum diselesaikan, meskipun negara tersebut telah menjadi anggota CWC selama lebih dari satu dekade.

OPCW juga melaporkan bahwa senjata kimia telah digunakan dalam beberapa insiden di Suriah, berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Sekretariat Teknis dan badan independen internasional lainnya.

Selain itu, Sekretariat menyatakan kekhawatirannya terhadap keamanan dan integritas fasilitas senjata kimia di Suriah, termasuk lokasi penelitian, pengembangan, produksi, penyimpanan, dan pengujian yang telah didaftarkan oleh pemerintah Suriah.

Upaya pemantauan juga difokuskan pada setiap potensi pergerakan atau insiden yang melibatkan bahan senjata kimia atau dokumentasi terkait, serta langkah-langkah yang telah diambil Suriah untuk memenuhi kewajiban CWC.

Dalam sebuah pernyataan, OPCW menggarisbawahi pentingnya memastikan keselamatan dan keamanan semua bahan dan fasilitas terkait senjata kimia di seluruh Suriah.

Tak hanya itu, OPCW juga telah berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Suriah untuk menegaskan kembali prioritas itu dan menekankan kesediaannya untuk terlibat lebih lanjut dengan otoritas Suriah dan mitra internasional untuk menangani masalah tersebut.

Pada 27 November, pasukan oposisi Suriah melancarkan serangan kilat selama 10 hari, merebut kota-kota penting, dan kemudian pada 8 Desember merebut ibu kota Damaskus.

Kemajuan pesat yang didukung oleh unit-unit militer yang membelot, menyebabkan runtuhnya rezim Assad setelah 13 tahun perang saudara.

Assad dan keluarganya melarikan diri ke Moskow, di mana Rusia memberi mereka suaka. (ant/vin/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Sabtu, 18 Januari 2025
27o
Kurs