Lebanon mengajukan keluhan resmi kepada Dewan Keamanan PBB pada Senin (14/10/2024) terkait serangan berulang Israel yang menargetkan misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL).
Dilansir dari Antara pada Selasa (15/10/2024, utusan Lebanon untuk PBB mengajukan keluhan ini atas perintah Abdullah Bou Habib Menteri Luar Negeri.
Dalam pernyataannya, utusan Lebanon menyebut serangan Israel terhadap UNIFIL sebagai “preseden buruk” dan pelanggaran nyata hukum internasional yang membahayakan misi penjaga perdamaian tersebut.
Lebanon mendesak PBB untuk mengambil “sikap tegas” terhadap serangan yang mereka anggap sebagai “kejahatan perang” dan meminta pertanggungjawaban Israel untuk mencegah terulangnya pelanggaran tersebut.
Pada Minggu (13/10/2024), tank-tank Israel menyerang salah satu posisi UNIFIL, menambah daftar pelanggaran yang telah terjadi sebelumnya, di mana empat penjaga perdamaian terluka dalam serangan Israel di Lebanon selatan.
UNIFIL dibentuk pada tahun 1978 untuk membantu memulihkan perdamaian di kawasan dan memastikan penarikan Israel dari Lebanon. Sejak 23 September, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon dengan dalih menargetkan Hizbullah, yang telah menewaskan setidaknya 1.542 orang dan melukai lebih dari 4.555 lainnya, serta menggusur lebih dari 1,34 juta orang.
Konflik ini merupakan eskalasi dari perang lintas batas antara Israel dan Hizbullah, yang dimulai setelah serangan Israel di Jalur Gaza sebagai pembalasan terhadap serangan Hamas. Meskipun ada peringatan internasional mengenai potensi perang regional, Israel tetap melanjutkan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober. (ant/saf/faz)