Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya menyebut penggusuran warga Rusunawa Gunungsari bisa mempengaruhi mental anak-anak.
Habibus Shallihin Kepala Bidang Advokasi LBH Surabaya mengatakan, proses penggusuran warga yang berujung bentrok itu membuat anak-anak takut berangkat sekolah.
“Banyak anak Rusun Gunungsari menolak sekolah karena takut polisi dan malu karena seragam mereka telah dibawa ke Rusun Gununganyar,” katanya saat Konferensi Pers di Aula LBH Surabaya, Jumat (17/5/2024).
Ia juga menuturkan, bukan hanya anak-anak kecil yang dihantui rasa trauma, tetapi juga banyak wanita dan lansia yang terkena imbasnya.
“Sofhia salah satu korban penggusuran mengalami luka patah tangan setelah terkena pukulan dan ditarik oleh pihak keamanan,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Agus perwakilan pihak Rusunawa Gunungsari menuturkan, tidak seharusnya warga eks Stren Kali Jagir harus membayar sewa rusun.
“Kita dulu di Stren Kali Jagir juga bayar pajak, mau pindah ke rusun karena dijanjikan rumah subsidi dan hanya berstatus transit di Rusun Gunungsari ini,” terangnya.
Selain itu, para warga yang ingin membayar sewa rusun dengan cara mencicil sama sekali tidak diterima oleh pihak pengurus.
“Selain warga eks Stren Kali Jagir boleh bayar nyicil dan tidak ada intimidasi. Namun, kami yang warga gusuran malah ditolak mentah-mentah tanpa ada solusi lainnya,” paparnya.
Agus menjelaskan, jika LBH Surabaya akan mengurus rasa trauma wanita, lansia, dan anak-anak.
“Setelah itu nanti kita akan melaporkan oknum yang melakukan kekerasan saat penggusuran kemarin,” tandasnya.(man/faz)