Jumat, 22 November 2024

KPK Periksa Mantan Komisaris Pertamina Soal Pengadaan LNG Tanpa Izin

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Tessa Mahardhika Sugiarto Juru Bicara KPK. Foto: Antara

Tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa A. Edy Hermantoro (AEH) Komisaris PT Pertamina (Persero) periode 2013-2014 soal dugaan pengadaan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) tanpa izin di PT Pertamina (Persero).

Pemeriksaan tersebut adalah bagian dari penyidikan dugaan korupsi pengadaan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) di PT Pertamina (Persero) dalam kurun waktu 2011—2014.

“Saksi didalami terkait dengan pengadaan LNG tanpa ada izin dan persetujuan komisaris dan RUPS (rapat umum pemegang saham),” ungkap Tessa Mahardhika Juru Bicara KPK saat dikonfirmasi di Jakarta, melalui Antara, Jumat (18/10/2024).

Pemeriksaan terhadap Edy Hermantoro berlangsung pada Kamis (17/10/2024) di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan. Dalam pemeriksaan tersebut Edy diperiksa dalam kapasitasnya sebagai saksi.

Untuk diketahui, penyidik KPK pada hari Selasa, 2 Juli 2024, menetapkan dua tersangka baru dalam pengembangan perkara dugaan korupsi dalam pengadaan gas alam cair di PT Pertamina (Persero) yang juga menjerat Galaila Karen Kardinah alias Karen Agustiawan mantan Direktur Utama Pertamina.

“Terkait dengan pengembangan tersebut, KPK telah menetapkan dua tersangka penyelenggara negara dengan inisial HK dan YA,” ucap Tessa Mahardika Juru Bicara KPK saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (15/10/2024).

Sementara itu, Karen Agustiawan mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) divonis pidana 9 tahun penjara dan denda Rp500 juta subsider 3 bulan kurungan karena terbukti korupsi dalam pengadaan gas alam cair (LNG) di Pertamina.

Karen divonis melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Galaila Karen Kardinah alias Karen Agustiawan Dirut Pertamina periode 2009—2014 sebelumnya dituntut pidana 11 tahun penjara, serta denda Rp1 miliar subsider 6 bulan kurungan terkait dengan dugaan korupsi pengadaan LNG di Pertamina pada tahun 2011—2014.

Selain pidana utama, jaksa penuntut umum KPK turut meminta majelis hakim menjatuhkan pidana tambahan kepada Karen untuk membayar uang pengganti sebesar Rp1,09 miliar dan 104.000 dolar Amerika Serikat subsider 2 tahun penjara.

Jaksa KPK juga meminta majelis hakim untuk membebankan pembayaran uang pengganti kepada perusahaan AS, Corpus Christi Liquefaction LLC (CCL), sebesar 113,83 juta dolar AS. (ant/nis/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs