Jumat, 22 November 2024

Kolaborasi Unicef dan Unusa Libatkan 101 Ning untuk Kampanyekan Cegah Wasting dan Stunting di Jatim

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Arie Rukmantara Chief Field Office Unicef di Surabaya saat memberi keterangan kepada awak media di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Rabu (15/5/2024). Foto: Risky suarasurabaya.net

Kolaborasi antara Unicef dan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) serta Pemerintah Provinsi Jawa Timur melibatkan Fatayat organisasi wanita berbasis agama, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terharap bahaya gizi buruk atau wasting.

Upaya itu dilakukan dengan menggelar roadshow cegah wasting dan stunting dengan menghadirkan sebanyak 101 Ning dari Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) dari Jatim di Unusa Kampus B, Surabaya, Rabu (15/5/2024).

Arie Rukmantara Chief Field Office Unicef di Surabaya menyatakan, roadshow itu juga bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif anggota masyarakat, khususnya dari organisasi berbasis agama untuk berperan aktif dalam deteksi dini dan rujukan tepat waktu bagi anak-anak yang menderita wasting.

”Unicef percaya slogan anak-anak muda terkini, colabs or collapse, berkolaborasi atau gagal. Kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan organisasi berbasis agama dan organisasi wanita sangat penting untuk cegah dan deteksi dini wasting, salah satu bentuk kekurangan gizi pada anak balita yang sangat berbahaya,” katanya.

Ia mengatakan, kolaborasi dengan organisasi berbasis agama penting, karena menjadi salah satu instrumen bagus untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih mudah diterima dan dilakukan.

“Kerja sama ini penting untuk mendekatkan diri pada populasi muda, untuk menjadi promotor edukator wasting sebelum stunting,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, ia membeberkan bahwa hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan angka prevalensi stunting di Indonesia bertahan di angka 21,5 persen. Sedangkan prevalensi wasting mengalami kenaikan dari 7,7 persen di tahun 2022 menjadi 8,5 persen di tahun 2023.

Prevalensi wasting di Jatim sendiri, hanya mengalami sedikit penurunan dari 9,2 persen pada tahun 2019 menjadi 7,2 persen pada tahun 2022. Sehingga, perlu kolaborasi untuk mempercepat penurunan angka gizi buruk tersebut.

Sementara itu, Achmad Jazidie Rektor Unusa bersyukur atas kepercayaan yang telah diberikan, sehingga Unusa menjadi tempat berkumpulnya 101 ning untuk mengkampanyekan pencegahan wasting dan stunting.

“Unusa satu himpunan atau satu rumpun dengan ning-ning yang kali ini dilibatkan dalam penanganan bebas wasting, supaya tidak stunting,” tuturnya.

Ia menuturkan, Unusa berkomitmen menangani gizi buruk bersama Unicef untuk memastikan masa depan Indonesia yang sehat. Menurutnya, ada dua pendekatan yang bisa dilakukan. Pertama pendekatan sensitif yang menjadi urusan tim kesehatan dan gizi. Kedua pendekatan spesifik, yang melibatkan banyak peran, mulai dari perguruan tinggi, organisasi wanita atau remaja, hingga perangkat desa.

“Kalau kita tidak bisa mengatasi stunting di Republik ini, kita semua mengalami dosa konstitusi. Karena janji konstitusi itu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan anak-anak kita, yang mengidap stunting itu mengalami hambatan buat kecerdasan,” pungkasnya. (ris/saf/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs