Jumat, 22 November 2024

Ketum PP Muhammadiyah Minta Pengumuman Awal Ramadhan Tak Jadi Polemik

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Foto: Muhammadiyah

Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah meminta penetapan awal Ramadhan, Idulfitri, dan Iduladha 1445 Hijriah yang diumumkan lebih awal oleh Muhammadiyah tidak memunculkan polemik.

“Agar tidak lagi menjadi diskusi apalagi polemik, kok Muhammadiyah mendahului, karena tidak ada yang kami dahului dan sebaliknya juga tidak ada yang kami tinggalkan,” kata Haedar Nashir dilansir Antara, Sabtu (20/1/2024).

Berdasarkan hasil “hisab hakiki wujudul hilal” yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, awal Ramadhan atau Bulan Puasa jatuh pada Senin, 11 Maret 2024, Idulfitri pada Rabu, 10 April 2024, dan Iduladha pada Senin, 17 Juni 2024.

Menurut Haedar Nashir, pengumuman atau maklumat yang dikeluarkan Muhammadiyah tersebut hal wajar. Sebagaimana organisasi Islam lain atau negara mengeluarkan kalender hijriah maupun masehi yang berisi tanggal, bulan, yang beririsan dengan kegiatan ritual ibadah, serta kegiatan publik, baik di tingkat nasional maupun global.

“Jadi maklumat atau pengumuman Muhammadiyah ini maklumat yang normal terjadi dan dilakukan karena kami menggunakan hisab dengan metode khusus ‘hisab hakiki wujudul hilal’,” jelasnya.

Haedar Nashir juga berpesan agar perbedaan maupun persamaan dalam penentuan awal Ramadhan, Idulfitri, maupun Iduladha 1445 Hijriah tidak membuat umat IsIam saling menghujat dan menyalahkan.

“Baik kesamaan maupun perbedaan itu harus sudah menjadikan kaum Muslim untuk terbiasa toleran, ‘tasamuh’ , bahkan ‘tanawu’. Tanawu itu perbedaan cara dalam hal menjalankan ibadah termasuk memulai bulan-bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah,” kata Haedar Nashir.

Baik ada kesamaan maupun perbedaan, Haedar berharap jangan sampai mengusik ibadah puasa Ramadhan, Idul Fitri maupun Idul Adha sehingga melahirkan penghayatan dan pengamalan yang lebih baik.

“Jadi kalau berbeda ya tidak perlu ribut, termasuk di media sosial. Apalagi saling menghujat dan saling menyalahkan yang membuat malah nanti nilai ibadahnya jadi berkurang,” ujarnya.

Agar ada kesamaan, Haedar menuturkan Muhammadiyah selama ini secara terbuka, demokratis dan argumentatif telah memberikan solusi yakni disusunnya dan diterimanya Kalender Global Internasional atau Kalender Islam Unifikasi yang masih memerlukan proses.

“Sebenarnya ini telah dimulai waktu ada pertemuan antarorganisasi dan negara Islam di Turki tahun 2016. Tetapi untuk perwujudan satu kalender Islam global itu memerlukan waktu, sehingga kalau memiliki satu kalender global itu seperti juga kalender Miladiyah (Masehi) tidak lagi ada perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi ada kegiatan yang bersifat membuat kita menjadi berbeda di dalam penentuan,” terangnya. (ant/saf/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs