Minggu, 19 Januari 2025

Ketum PBMA: Ulama Moderat Selalu Jadi Kambing Hitam Kelompok Ekstremis

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
KH Embay Mulya Syarief Ketua Umum Pengurus Besar Mathla'ul Anwar (PBMA). Foto: Antara

KH Embay Mulya Syarief Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (PBMA) menyebut bahwa ulama yang berpikir dan bertindak moderat selalu menjadi ‘kambing hitam’ atau menjadi bahan yang dipersalahkan kelompok ekstremis untuk menyebarkan nilai terorisme di Indonesia.

Menurutnya, Islam sebagai agama yang moderat perlu dipahami bukan sekadar retorika dan ritual semata, namun ajarannya bermuara pada sikap humanis dan beradab, sehingga “Islam yang moderat belum tentu lebih baik dari mereka yang dicap radikal” merupakan narasi yang tidak tepat.

“Moderasi telah menjadi identitas religius nusantara sejak lama, nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan hidup berdampingan secara damai telah tertanam dalam budaya masyarakat Indonesia,” kata Embay dalam keterangan tertulis yang dikutip dari Antara, Kamis (12/12/2024).

Oleh karena itu, kata dia, tokoh agama memiliki peran penting dalam merawat dan melestarikan nilai-nilai luhur tersebut. Ia mengatakan narasi yang menyudutkan tokoh-tokoh agama itu harus dilawan dengan integritas dan konsistensi dalam berdakwah oleh ulama.

Sebab dalam Islam, kata Embay, berdakwah bukanlah tugas yang mudah karena di samping memberikan pemahaman keagamaan kepada yang mendengar, juga sang pendakwah dituntut memiliki perilaku yang luhur agar ajakannya mudah untuk diterima.

Lebih lanjut, dia membeberkan sikap antikekerasan dalam ajaran Islam perlu diterapkan dalam keseharian umatnya, khususnya bagi para pendakwah. Selain itu, prinsip menolak kemudharatan dalam Islam menjadi pedoman penting dalam berdakwah.

“Tokoh agama harus senantiasa mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan dalam setiap ucapan dan tindakannya. Dengan demikian, ajaran agama dapat menjadi rahmat bagi semesta alam, bukan sumber perpecahan dan konflik,” ujarnya.

Embay mengatakan otentisitas dan otoritas ulama juga menjadi sorotan dalam konteks melawan radikalisme.

Pada era digital, kata dia, informasi dapat dengan mudah tersebar, termasuk informasi yang tidak akurat atau bahkan menyesatkan.

Menurut dia, ulama sebagai rujukan keagamaan memiliki tanggung jawab untuk menyaring informasi dan memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat..

Pada masa kini, kata dia, tokoh agama tidak hanya berperan sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai pilar keutuhan bangsa karena harus menjaga nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila, sehingga menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

Ulama sepuh itu menjelaskan moderasi beragama dalam menjalankan syariat Islam merupakan wujud nyata pengamalan Pancasila.

Dengan mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, serta persatuan Indonesia, moderasi beragama dapat menjadi benteng pertahanan terhadap ajaran kaum ekstremis yang mengancam keutuhan bangsa.

“Islam adalah agama yang moderat dan hal itu harus bisa tercermin dari perbuatan yang toleran dan menghargai sesama manusia, terlepas apapun posisi dan status sosialnya, oleh karena itu umat Islam harus ingat bahwa pada dasarnya semua manusia di muka bumi ini adalah saudara satu keturunan dari Nabi Adam AS,” ujar dia. (ant/nis/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Minggu, 19 Januari 2025
26o
Kurs