Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi mengungkapkan pengembangan bioavtur perlu diakselerasi di sektor penerbangan.
“Kita inginkan di sektor penerbangan juga ada akselerasi untuk bioavtur. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) sudah mempunyai peta jalan (roadmap),” kata Eniya Listiani Dewi Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi di Jakarta, Kamis (4/7/2024) dilansir Antara.
Menurutnya, roadmap dari bioavtur untuk penggunaan di pesawat terbang yang sudah dikeluarkan Kemenko Marves, sekarang sedang dalam taham konsensus atau disepakati bersama di berbagai kementerian untuk memberikan masukan.
Terkait hal itu, Eniya menyampaikan bahwa tiket pesawat dari Singapura ke Indonesia diproyeksikan akan mengalami kenaikan menyusul diaplikasikannya pemakaian bioavtur pada unit pesawat yang berada di Bandara Changi Singapura.
“Tentang bioavtur ini, kalau nanti terbang ke Singapura per 1 Januari 2026 maka nanti dipajakin (Singapura) sehingga tiketnya akan lebih mahal. Karena apa? Pesawat kita yang datang ke Bandara Changi, Singapura tiket pulangnya akan jauh lebih mahal karena sudah mewajibkan satu persen bioavtur dan harga bioavtur dibebankan ke tiket penumpang.” katanya.
Menurut dia, hal ini dapat menjadi potensi bisnis bagi Indonesia untuk mempersiapkan terkait bioavtur bagi sektor penerbangan.
“Ini harus kita lihat sebagai satu potensi bisnis, satu tantangan. Jadi kita harus benar-benar persiapkan. Sekarang sudah global di mana situasinya itu saling berkaitan. Saya rasa Pertamina juga sudah mempersiapkan karena kita ingin dorong dari palm-based bioavtur. Mudah-mudahan ini bisa mengakselerasi investasi kita di bidang energi baru terbarukan (renewable energy),” katanya.
Kementerian ESDM telah meminta Pertamina untuk melakukan akselerasi terkait bioavtur. Perusahaan BUMN tersebut sudah menjalin kolaborasi bersama Airbus dan Boeing.
Sebagai informasi, pada 27 Oktober 2023, Pertamina dan Garuda Indonesia melaksanakan penerbangan komersil perdana menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, Pertamina Sustainable Aviation Fuels (SAF) atau bioavtur dengan rute penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) menuju Bandara Adi Soemarmo (Surakarta), dan kembali ke Jakarta.
Perjalanan Pertamina SAF telah diinisiasi sejak 2010 melalui Research & Technology Innovation Pertamina dengan melakukan riset pengembangan produk dan katalis.
Pada 2021, PT Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap dengan teknologi co-processing dari bahan baku refined bleached deodorized palm kernel oil (RBDPKO) atau minyak inti sawit yang telah mengalami proses pengolahan pemucatan, penghilangan asam lemak bebas dan bau, dengan kapasitas 1.350 kilo liter (kl) per hari. (ant/bil)