Kementerian Pertahanan (Kemenhan) memastikan akan berhati-hati dalam mengadopsi teknologi kecerdasan buatan atau AI, untuk alat utama sistem senjata (alutsista) TNI tahun 2025.
Hal tersebut dilakukan karena Kemenhan melihat teknologi AI belum sepenuhnya dapat diandalkan dalam menjalankan misi pertahanan.
“Kita juga tidak ingin gegabah, tentunya kita melalui pengkajian melalui proses melakukan kajian, sehingga pada saat nanti mungkin diadakan tepat dengan kebutuhan yang ada di Indonesia,” kata Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang Karo Humas Setjen Kemenhan, saat ditemui di gedung Kemenhan, Jakarta Pusat, Kamis (19/20/2024) dilansir Antara.
Menurut Frega, teknologi AI dalam dunia persenjataan memiliki beberapa kekurangan, salah satunya penentuan target serangan yang kurang presisi.
Hal tersebut, lanjut dia, sangatlah krusial karena menentukan keberhasilan sebuah misi.
“Kita lihat di beberapa daerah konflik kan walaupun pakai AI ternyata kan tidak sepenuhnya akurat presisinya, ada juga salah sasaran seperti di beberapa wilayah konflik, akhirnya menyasar warga sipil,” jelas dia.
Terlepas dari banyaknya kekurangan, Frega mengakui teknologi AI di dunia pertahanan semakin berkembang dan Indonesia pun harus mengadopsi hal tersebut. Dia memastikan pengembangan teknologi AI akan terus dilakukan guna memperkuat persenjataan TNI.
“Ketika kita bicara AI dalam konteks pertahanan, dalam konteks militer, itu sudah menjadi hal yang tidak bisa dielakkan,” jelas dia.
Sebelumnya, jajaran TNI berencana untuk mengembangkan teknologi AI dalam dunia pertahanan. Salah satu yang serius memperdalam teknologi AI adalah TNI AU.
“Peralatan-peralatan teknologi terkini yang mendukung siber dan AI itu juga masih belum terlalu lengkap. Teknologi itu akan dipenuhi pada 2025 berdasarkan evaluasi tahun 2024,” kata Marsekal Pertama TNI Ardi Syahri Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara kepada awak media usai jajarannya menggelar evaluasi kerja TNI AU selama tahun 2024 di kawasan Mabes TNI AU, Jakarta Timur.
Menurut Ardi, TNI AU telah melakukan pengembangan teknologi AI untuk kepentingan pengamanan kawasan udara pada tahun 2024. Namun, pengembangan itu dirasa belum maksimal karena masih memerlukan dana untuk pengadaan teknologi bidang pertahanan.
Salah satu yang perlu ditambahkan adalah pengadaan fasilitas teknologi di Skuadron Pendidikan 506 Bogor, Jawa Barat. “Seperti laboratorium, pengadaan alat komputer dan sebagainya itu kan harus kita lengkapi,” kata Ardi.
Ia menambahkan pengembangan teknologi AI untuk pertahanan sudah berjalan dengan baik selama tahun 2024. Hal tersebut terlihat dari dilibatkannya operasi pertahanan menggunakan AI dalam kegiatan Latihan Bersama Angkasa Yudha 2024 beberapa waktu lalu.
Ardi memastikan jajaran TNI AU akan serius mengembangkan teknologi AI dalam dunia pertahanan demi menunjang tugas dalam mempertahankan wilayah Indonesia. (ant/bil/ham)