Kementerian Agama memberikan pelatihan kepada para siswa madrasah agar siap dalam menghadapi ancaman bencana, khususnya megathrust, yang mengintai kapan saja.
“Indonesia berada di wilayah rawan bencana, termasuk potensi megathrust yang sangat destruktif. Kita harus memastikan madrasah siap menghadapi ancaman ini,” ujar Muchamad Sidik Sisdiyanto Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (31/10/2024).
Melansir Antara, pelatihan ini digelar lewat simposium yang diikuti siswa madrasah dari berbagai wilayah di Indonesia. Para siswa dibekali pengetahuan seputar bencana megathrust serta tindak lanjut dalam menghadapi serta mengantisipasi bencana.
Menurut Sidik, ancaman gempa megathrust menuntut persiapan khusus, terutama di lingkungan madrasah yang berperan penting dalam pembentukan karakter generasi muda.
Sidik menjelaskan bahwa Kemenag telah memetakan lokasi setiap madrasah guna memudahkan langkah tanggap darurat. “Pendataan ini mempermudah perencanaan kesiapsiagaan bencana,” kata dia.
Pada 2024, sebanyak 310 madrasah telah menerima bantuan pembangunan infrastruktur yang dibiayai oleh Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), dengan standar keselamatan, kesehatan, dan aksesibilitas bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Kemenag juga rutin mengadakan pelatihan bagi guru dan staf mengenai prosedur evakuasi dan simulasi bencana. Ia menekankan pentingnya edukasi yang mencakup aspek fisik dan mental siswa.
“Bimbingan konseling disiapkan agar siswa mampu mengelola ketakutan dan kecemasan terkait bencana,” kata dia.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan lembaga pendidikan pesantren atau sederajatnya untuk bisa berperan besar dalam misi pengurangan risiko bencana di Indonesia dengan program pembangunan karakter berbasis lingkungan berkelanjutan.
Suharyanto Kepala BNPB mengatakan bahwa lembaga pendidikan keagamaan seperti pesantren memiliki peran yang strategis karena tak hanya menyebarluaskan ilmu pengetahuan formal, tetapi juga mengajarkan pengurangan risiko dan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Hal ini dibuktikan setelah unsur pengurangan risiko bencana yang berbasis lingkungan berkelanjutan itu menjadi salah satu muatan dalam kurikulum pendidikan di pesantren dan madrasah oleh Kementerian Agama.
“Saya yakin dengan komitmen pesantren dalam menyisipkan materi penanggulangan bencana membuat mereka tidak hanya membangun generasi yang cerdas dan berkarakter, tetapi juga tangguh dalam menghadapi tantangan alam,” kata dia. (ant/bil/ham)