Jumat, 22 November 2024

Kelompok Pendamping HIV Dilibatkan untuk Temukan Kasus Cacar Monyet

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Tabung mini hasil pengujian sampel cacar monyet. Foto: Reuters

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan kelompok pendamping HIV turut dilibatkan untuk menemukan kasus Mpox atau cacar monyet.

Melansir Antara, Endang Burni Prasetyowati Kepala Tim Kerja Penyakit Infeksi Emerging Kemenkes mengatakan, 88 persen kasus Mpox yang ditemukan di Indonesia, kondisi penyerta yang paling banyak ditemukan adalah HIV serta sifilis.

“Nah ini, penemuan kasus ini jadi mix ya Bapak-Ibu sekalian, ditemukan di klinik HIV, dia memang sudah sebagai pasien HIV, rutin dengan minum obat, kemudian berobat dengan gejala Mpox. Jadi ada lesi dan kemudian kita curiga ke arah Mpox dan kemudian dilakukan pemeriksaan spesimen dan kemudian terbukti bahwa kasus tersebut terinfeksi oleh Mpox,” katanya dalam siaran Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Dari keseluruhan penderita Mpox itu, kata Endang, 96,5 persennya adalah laki-laki, dengan rincian 60 persennya merupakan laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki (LSL). Selain itu, yang paling banyak adalah usia-usia produktif, antara 30-39, namun ada juga yang berusia di atas 50 tahun.

“Nah ada tiga yang perempuan, tapi ini ada dua yang memang tertular dari suaminya, kemudian yang satu ini belum mengaku di dalam wawancaranya,” kata Endang.

Dia menuturkan, meskipun 97 persen kasus Mpox bergejala, tiga persen asimptomatis, sehingga perlu dilakukan pencarian melalui kontak erat. Meskipun asimptomatik, katanya, tetap dilakukan pemeriksaan spesimen sesuai panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Meski demikian, lanjutnya, melakukan pencarian kontak erat untuk cacar monyet memiliki kesulitan tersendiri, mengingat penderita paling banyak adalah LSL. Sehingga, untuk membangun kepercayaan, mereka bekerja sama dengan kelompok pendamping HIV.

“Dari 88 ini semuanya sembuh, dan memang tidak semua itu dilakukan perawatan di rumah sakit, jadi apabila memang lesinya itu tidak terlalu banyak, kemudian juga kondisi penyertanya tidak terlalu berat, maka bisa dilakukan isolasi secara mandiri di rumah,” terangnya.

Hal itu, ujarnya, dapat dilakukan apabila kondisi rumahnya itu memungkinkan pasien tersebut melakukan isolasi secara mandiri. Tetapi apabila memang ada kondisi pemberat dan harus diberikan obat, maka dilakukan perawatan di rumah sakit.

Dia mengatakan, karena Mpox adalah penyakit yang baru, maka pemahaman publik masih minim, sehingga sosialisasi perlu digencarkan melalui mitra-mitra kunci. Selain sosialisasi, katanya, mereka juga dapat membantu dalam penemuan kasus.

“Mpox ini, meskipun tadi secara kurva epidemiologi kasusnya sudah menurun, tetapi kita tetap harus meningkatkan kewaspadaan mengingat situasi di kurva seperti masih ada kenaikan kasus,” katanya. (ant/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs