Senin, 25 November 2024

Kasus DBD Februari Naik 23 Dibanding Januari, Pemkot Surabaya Sebut Masih Batas Aman

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya. Foto: Dok/ Meilita suarasurabaya.net

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya mencapai 43 kasus selama periode Januari-Februari 2024. Rinciannya, 10 kasus di Januari dan 33 kasus di Februari.

Artinya terjadi kenaikan sebanyak 23 kasus pada periode bulan Januari ke Februari. Terkait kenaikan ini, Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menyebut masih dalam batas aman.

“Tapi (kenaikan) 23 (kasus) masih tergolong aman dengan jumlah warga Kota Surabaya, masih bisa terkendalikan,” kata Eri waktu ditemui suarasurabaya.net, Jumat (8/3/2024).

Namun, ia tetap meminta jajaran tenaga kesehatan (nakes) di Puskesmas dan Kader Surabaya Hebat tetap menjaga kebersihan lingkungannya.

“Menghindari genangan air yang ada di saluran, di rumah, (saya minta) untuk mewaspadai itu. Antisipasi itu kita lakukan secara bersama,” imbuhnya.

Sebelumnya, Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya membenarkan ada kenaikan kasus dari Januari ke Februari itu.

“Akan tetapi secara kumulatif Januari- Februari 2024 dengan periode yang sama dengan tahun sebelumnya menunjukkan penurunan sebesar 15 persen,” kata Nanik.

Paling banyak, kasus DBD ditemukan pada usia anak. Pencegahan pada anak, sambungnya, dengan menerapkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Menguras, Menutup, Mendaur Ulang (3M) Plus.

“Berdasarkan data kasus DBD sebagian besar ditemukan pada anak sekolah dengan rentang umur 5-14 tahun. Tidak ada pencegahan khusus (untuk anak), tetapi pencegahan yang dapat dilakukan dengan melakukan PSN 3M Plus dan vaksinasi apabila dibutuhkan,” jelasnya.

Pencegahan secara umum, lanjutnya, Dinkes Surabaya sudah memasifkan gerakan PSN 3M Plus, membuat edaran kewaspadaan DBD awal musim penghujan yang berisiko terjadinya peningkatan populasi nyamuk.

Menggerakkan promosi kesehatan dengan memasang media edukasi di tempat-tempat yang mudah dijangkau masyarakat, dan melakukan sosialisasi pencegahan DBD.

Selain itu, koordinasi dengan seluruh puskesmas di tingkat kelurahan dan kecamatan untuk konsisten meningkatkan upaya kewaspadaan dini.

“Bekerja sama dengan ITD UNAIR untuk melakukan survei penangkapan nyamuk dan pemeriksaan jentik dalam penelitian pola temporal dan spasial penyebaran virus Den-V di Kota Surabaya serta bekerjasama melakukan Pengabdian Masyarakat dengan sasaran KSH untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kader dalam identifikasi jentik,” jelasnya.

Dinkes juga menggandeng BBTKLPP melakukan survei perilaku nyamuk untuk mengetahui kemungkinan pergeseran perilaku nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD itu. Identifikasi jentik nyamuk dilakukan di beberapa lokasi sebagai bentuk monitoring habitat perkembangbiakan nyamuk.

“Melakukan konsultasi dengan pakar ilmu Penyakit Tropik RS Unair terkait update tata laksana kasus DBD. Monitoring dan evaluasi kegiatan PSN dengan kegiatan kunjungan dan melakukan supervisi ke Puskesmas terkait SOP penanganan laporan. Mengimbau puskesmas untuk segera melakukan penyelidikan epidemiologi kasus 1×24 jam dan melaksanakan penanganan kasus agar tidak ada penularan setempat,” urainya.

Dengan segala upaya yang sudah dilakukan Pemkot Surabaya, Nanik meminta masyarakat tidak panik berlebihan.

“Apabila ditemukan gejala DBD maka dapat membawa segera penderita untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut di fasilitas kesehatan untuk mendapat perawatan secara intensif,” tandasnya. (lta/bil/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
31o
Kurs