Prof. Dr. dr. Erwin Astha Triyono, Sp.PD-KPTI., FINASIM. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Jatim), dikuatkan oleh dr. Ariani Permatasari, Sp.P(K), FAPSR anggota Koalisi Organisasi Profesi (KOPI) TBC Kota Surabaya, menyampaikan saat ini inovasi pengobatan TBC RO dengan paduan BPaL/M berdurasi lebih singkat, yaitu hanya dalam waktu 6 bulan.
Ia menjelaskan bahwa penyakit Tuberkulosis (TBC) dikenal dalam dua bentuk utama, yaitu TBC Sensitif Obat (TBC SO) dan TBC Resisten Obat (TBC RO).
TBC SO disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis yang masih sensitif terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) lini pertama.
Sebaliknya, TBC RO disebabkan oleh varian bakteri yang telah mengembangkan resistensi terhadap OAT, sehingga memerlukan pendekatan pengobatan yang lebih kompleks dan berkepanjangan.
“Untuk menghadapi tantangan pengobatan TBC RO yang membutuhkan durasi pengobatan yang panjang, jumlah obat yang banyak, serta efek samping yang sering kali tidak dapat ditoleransi pasien, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama tim ahli klinis telah meluncurkan penelitian inovatif. Upaya terbaru ini menghadirkan paduan pengobatan baru BPaL/M, yang menjanjikan terobosan signifikan dalam meningkatkan tingkat kesembuhan pasien TBC RO,” ujar Prof. Erwin.
DAFTAR FASILITAS KESEHATAN DI JATIM YANG MENJADI RUJUKAN PENGOBATAN TBC RO
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa selama ini pengobatan TBC RO membutuhkan waktu antara sembilan hingga 20 bulan, tergantung pada paduan obat yang digunakan. Pasien sering kali mengalami tantangan berat dengan banyaknya jumlah pil dan efek samping obat.
Menurut data tahunan program TBC nasional 2022, tingkat ketidakpatuhan pengobatan atau loss to follow up (LTFU) meningkat menjadi 7,1%, mengindikasikan perlunya pendekatan baru yang lebih efektif.
Tahun 2023, Kemenkes RI berkolaborasi dengan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan untuk meneliti paduan pengobatan BPaL/M. Penelitian ini menunjukkan bahwa BPaL/M tidak hanya mengurangi jumlah pil yang harus dikonsumsi, tetapi juga memiliki efek samping yang lebih ringan.
“Dengan durasi pengobatan hanya enam bulan—jauh lebih singkat dibandingkan dengan pengobatan lama yang bisa mencapai 20 bulan—BPaL/M menawarkan harapan baru bagi pasien TBC RO,” ungkap Prof. Erwin.
INFORMASI LENGKAP MENGENAI TBC RO
Efektivitas BPaL/M juga mencatat angka yang menjanjikan dengan tingkat kesembuhan mencapai 90%, dibandingkan dengan 60%-80% dari pengobatan sebelumnya.
Pasien hanya perlu mengonsumsi 524-832 pil selama masa pengobatan, dibandingkan dengan 3.500 pil pada metode lama. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien tidak mengalami efek samping berat yang menghentikan mereka dari melanjutkan pengobatan.
“Sejak Januari 2023 hingga Agustus 2024, data dari SITB mencatat 352 pasien TBC RO di Provinsi Jawa Timur telah memulai pengobatan dengan BPaL/M. Harapannya, seluruh pasien tersebut bisa menjalani pengobatan yang lebih singkat, sembuh lebih cepat dan lebih produktif,” ujar Prof. Erwin.
Saat ini, paduan pengobatan BPaL/M sudah tersedia di 33 rumah sakit dan 25 puskesmas di Jawa Timur, menjadikannya solusi yang lebih dapat diakses dan efektif untuk melawan TBC RO. Inovasi ini tidak hanya memberikan harapan baru bagi pasien tetapi juga mengubah lanskap pengobatan TBC di Indonesia. (adv/saf/ipg)