Jawa Timur telah menerapkan Kurikulum Merdeka di SMA tahun 2024. Salah satu poin pentingnya adalah peniadaan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.
Hal ini bertujuan untuk memberikan keleluasaan bagi siswa dalam memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan rencana studi lanjutan mereka.
Prof. Warsono Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur menilai, penjurusan di SMA tak cukup membekali siswa untuk masuk perguruan tinggi serta menghadapi dunia kerja.
Oleh karena itu, Kurikulum Merdeka memfokuskan pada pengembangan karakter, kebangsaan, dan cara berpikir logis. Serta membebaskan siswa memilih mata pelajaran yang relevan dengan cita-cita mereka.
“Kemudian anak-anak disuruh memilih bidang ilmu yang nanti relevan atau dibutuhkan dalam program studi,” katanya ketika on air di Radio Suara Surabaya, Kamis (18/7/2024).
Warsono menyarankan agar siswa memiliki cita-cita sebelum lulus sekolah, bahkan sejak kecil. Hal ini akan membantu mereka dalam memilih program pendidikan yang tepat.
“Kalau anak-anak sudah tahu cita-citanya jadi apa, mereka akan fokus pada materi pembelajaran yang mampu menunjang hal itu. Anak-anak harus diajarkan berpikir prediktif ke depan,” ungkapnya.
Warsono menegaskan bahwa sekolah memiliki peran penting dalam membantu siswa menemukan cita-cita mereka.
Sebab, Warsono menyebutkan ada empat pertanyaan soal masa depan yang harus dipahami peserta didik, yaitu: lapangan pekerjaan, syarat pekerjaan, kompetensi yang dibutuhkan, dan kesiapan untuk bersaing.
Saat ini, sosialisasi Kurikulum Merdeka dan peniadaan jurusan SMA gencar dilakukan kepada masyarakat, terutama orang tua.
“Orang tua harus paham bahwa anak memiliki kompetensi yang berbeda. Sehingga tidak boleh disamakan. Orang tua juga harus mendorong anak untuk membangun masa depan,” tutur Warsono.
Kurikulum Merdeka diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan potensi diri secara maksimal dan mempersiapkan mereka dengan lebih baik untuk studi lanjutan dan dunia kerja. (kir/saf/faz)