Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dipercaya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagai mitra strategis mengulas teknis Front End Engineering Design (FEED), untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) Lapangan Gas Laut Dalam Gendalo Gandang.
Bambang Pramujati Rektor ITS mengatakan, keterlibatan ITS menjadi bagian penting dalam memastikan keberlanjutan PSN sesuai prinsip tata kelola yang baik.
Terlebih, dalam meningkatkan kapabilitas teknologi nasional melalui pendirian Center of Excellence teknologi laut yang berpihak pada produk lokal, serta kepatuhan terhadap regulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
“ITS akan terus mendukung inisiatif serupa untuk memperkuat posisi Indonesia dalam pengembangan energi yang mandiri dan berdaya saing global,” katanya di Gedung Rektorat ITS, Jumat (22/11/2024).
Segenap sivitas akademika ITS, kata dia, percaya bahwa sinergi antara akademisi, pemerintah dan industri seperti dalam proyek tersebut, merupakan kunci untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan bagi tantangan energi Indonesia.
Ketut Buda Artana koordinator Tim Ahli menambahkan bahwa proyek tersebut lebih dari sekadar dukungan teknis, tetapi juga menjadi sarana strategis dalam membangun kompetensi nasional, memperkuat daya saing Indonesia di pasar migas global, mengembangkan kapasitas SDM lokal, dan mendukung pemenuhan kebutuhan energi secara berkelanjutan.
“Pendirian teknologi laut dalam yang direncanakan SKK Migas ini bertujuan untuk menjadikan Indonesia dapat menciptakan multiplier effect, baik dalam pengembangan SDM maupun penerapan teknologi maju,” ucapnya.
Sementara Wahju Wibowo Deputi Eksploitasi SKK Migas mengatakan, kolaborasi yang juga mengajak Perusahaan Raksasa Migas Italia ENI dan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, sejalan dengan visi SKK Migas menjadi Centre of Excellence.
Sebagai informasi, SKK Migas melibatkan sekitar 25 akademisi untuk memberikan dukungan keahlian teknis melalui tenaga ahli yang berperan sebagai Subject Matter Expert (SME).
Setiap individu, memiliki kompetensi di berbagai bidang, termasuk subsea facilities, pipeline flowline, process safety, geoteknik, hingga otomasi.
“Mereka ditugaskan untuk melakukan tinjauan teknis, keselamatan, efisiensi, serta kepatuhan terhadap regulasi. Kolaborasi ini tidak hanya mendukung percepatan proyek, tetapi juga menjadi sarana transfer pengetahuan dan teknologi, sekaligus memperkuat ekosistem teknologi nasional,” ujar Wahju.
Seperti diketahui, proyek tersebut mencakup dua lapangan gas utama, Gendalo dan Gandang, yang terletak di kedalaman perairan 1.060 hingga 1.820 meter.
Lapangan Gandang pertama kali ditemukan pada tahun 1999 melalui sumur Gandang-1, diikuti dengan penemuan lapangan Gendalo pada tahun 2000 melalui sumur Gendalo-1. Hingga akhirnya ditetapkan sebagai PSN berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 6 Tahun 2024.
Lapangan gas laut dalam yang terletak di Selat Makassar, lepas pantai Kalimantan Timur tersebut, dirancang untuk menghasilkan hingga 750 juta standar kaki kubik gas per hari (MMscfd).
Selain itu, gas itu akan diproses melalui fasilitas Floating Production Unit (FPU) Jangkrik, dengan target operasi yang dijadwalkan pada akhir kuartal ketiga tahun 2027 guna mendukung pemenuhan kebutuhan energi nasional secara berkelanjutan. (ris/bil/faz)