Pemerintah Israel pada, Minggu (15/12/2024), menyatakan menyetujui rencana untuk memperluas permukiman di Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang saat ini mereka duduki, seiring digulingkannya Bashar Al-Assad dari jabatan Presiden Suriah.
Kantor Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel dalam pernyataannya menyebut, rencana senilai 10,81 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp15.939) tersebut, disetujui dengan suara bulat oleh kabinet, diloloskan “mengingat perang dan front baru dengan Suriah.”
Menurut pernyataan itu, rencana tersebut bertujuan untuk melipatgandakan populasi Israel di Dataran Tinggi Golan, termasuk mendirikan sebuah desa pelajar, sebuah program pengembangan untuk mengintegrasikan penduduk baru serta inisiatif-inisiatif untuk memperkuat sistem pendidikan dan infrastruktur energi terbarukan.
“Memperkuat Golan berarti memperkuat Negara Israel dan itu sangat penting saat ini. Kita akan terus mempertahankannya (Dataran Tinggi Golan), menjadikannya berkembang, dan menetap di dalamnya,” kata Netanyahu di awal rapat kabinet terkait rencana tersebut.
Israel merebut sebagian Dataran Tinggi Golan dalam perang 1967 dan mencaploknya, meski menuai kecaman internasional.
Menyusul jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad mantan Presiden Suriah pada 8 Desember lalu, Israel menguasai zona penyangga yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebuah wilayah demiliterisasi yang dibentuk pada 1974 di bawah perjanjian gencatan senjata Israel-Suriah.
Pasukan Israel juga menguasai sebuah pos terdepan milik militer Suriah dan menempatkan pasukannya di puncak Gunung Hermon di Golan.
Zionis juga semakin intensif melancarkan serangan udara terhadap aset-aset militer Suriah di seluruh Suriah, dengan alasan untuk mencegah agar senjata-senjata tersebut “tidak jatuh ke tangan elemen-elemen teroris”.
Tindakan militer Israel menuai kecaman dari negara-negara regional dan memicu seruan dari masyarakat internasional agar Israel menghormati kedaulatan Suriah. (ant/bil/ham)