Iran membantah tudingan keterlibatan mereka dalam rencana pembunuhan para pejabat Amerika Serikat (AS), termasuk Donald Trump.
Esmail Baghaei juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyebut tuduhan yang disampaikan oleh Departemen Kehakiman AS itu sama sekali tidak berdasar.
Baghaei merujuk pada tuduhan serupa sebelumnya, yang juga dibantah oleh Iran, yang digambarkan sebagai “konspirasi menjijikkan” yang diatur oleh Israel dan faksi-faksi anti Iran untuk memperumit masalah antara AS dan Iran.
Dilansir dari Antara pada Sabtu (9/11/2024), Departemen Kehakiman AS telah mengajukan tuntutan pidana terhadap seorang pria, yang diyakini ditugaskan oleh Iran untuk mengawasi dan merencanakan pembunuhan mantan pejabat pemerintah AS dan pejabat saat ini, termasuk Trump.
Menurut dakwaan itu, pria yang berkewarganegaraan Afghanistan berusia 51 tahun bernama Farhad Shaker, diduga berusaha membunuh Trump sebelum pemilihan presiden AS atas perintah dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.
Baghaei membantah tuduhan tersebut. ia menegaskan bahwa Iran menggunakan semua cara yang sah dan legal, baik di dalam negeri maupun internasional, untuk membela hak-hak bangsa Iran.
Pernyataan tersebut disampaikan menyusul terpilihnya Trump baru-baru ini sebagai Presiden AS, yang memicu kekhawatiran bahwa kedekatan hubungannya dengan Israel bisa memperburuk hubungan Teheran dan Washington.
Trump dikenal konfrontatif terhadap Iran. Terutama setelah pemerintahannya menarik diri secara sepihak dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018.
Pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani komandan militer tertinggi Iran pada Januari 2020 hampir membawa kedua negara ke ambang konflik militer seacara langsung. (ant/saf/iss)