Sinar surya meredup. Awan hitam menggelayut di atas langit. Sesekali, suara guntur terdengar nyaring. Hujan hendak turun sore itu, di Jalan Tenggilis Utara, Surabaya, Sabtu (21/12/2024) sore.
Siti Julaiha, 55 tahun, bergegas menyelesaikan tugasnya. Ia menyapu dan memungut sampah yang ada di wilayah Tenggilis. Setelah semua benar-benar bersih, Julaiha mengumpulkan sampah ke tempat pembuangan akhir di TPS 03 Tenggilis, Surabaya.
“Srek, srek, srek,” suara sapu lidi Julaiha membersihkan jalan. Suara tersebut jadi yang paling merdu di hari itu.
Julaiha merupakan seorang ibu pekerja kebersihan di Tenggilis, Surabaya. Di usianya yang sudah berkepala lima, ia masih tampak semangat menjalani aktivitas sehari-hari. Julaiha selalu berkerja setiap pagi dan sore hari untuk membersihkan wilayah Tenggilis, bersama beberapa rekan lainnya.
“Kalau pagi jam 5, habis subuh siap-siap, kalau sore jam 3 biasanya,” katanya.
Sudah 20 tahun lebih Julaiha menjalani pekerjaan sebagai petugas kebersihan. Ia sudah akrab dengan lingkungan. Bahkan tahu benar sudut-sudut mana saja yang biasanya berserakan sampah, dan harus segera diangkut.
Julaiha adalah salah satu sosok perempuan pekerja keras. Ia terbiasa melawan lelah. Ia bahagia ketika melihat mentari pagi datang hingga hendak tenggelam. Karena saat itu, jerih payahnya berbuah.
Ini bukan hanya soal petugas kebersihan. Bukan sekadar menyapu dan mengumpulkan daun-daun kering yang berjatuhan. Lebih dari itu, ini adalah perjuangan seorang ibu yang rela bergelut dengan sampah demi keberlangsungan hidup. Dan masa depan sang anak.
“Anak saya sekarang sudah ada yang usia 20-an juga 30-an. Sudah pada menikah. Satu di Surabaya, dua lainnya di Cirebon,” ucapnya sambil tersenyum.
Beberapa orang masih ada yang menganggap bahwa menjadi petugas kebersihan adalah hal yang remeh. Namun Julaiha percaya, setiap satu ayunan sapu lidinya mampu memberi kebermanfaatan bagi sesama. Dan terbukti, bisa membantu anaknya tumbuh dewasa.
Di saat yang sama, Anik Indrawati, 45 tahun, sedang mengumpulkan sampah. Dengan mengenakan sarung tangan panjang, ia memungut setiap yang berserakan.
Anik juga telah berjibaku menjadi petugas kebersihan lebih dari 10 tahun. Ia mendedikasikan dirinya untuk kenyamanan Tenggilis, Surabaya.
“Yang penting semangat, hari kerjanya juga bisa tidak ambil libur,” ucapnya.
Setiap kisaran dua hari bekerja, kata Anik, petugas kebersihan bisa meraup hasil sekitar Rp100 ribu. Pekerjaan dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Mereka adalah orang-orang biasa yang luar biasa. Yang kadang terlupakan, namun justru menjadi pionir penting dalam kehidupan sehari-hari. Keikhlasan dan kesetiaan ada pada mereka. Sosok ibu selalu penuh makna, baik untuk anak-anaknya maupun lingkungan sekitarnya. Selamat Hari Ibu untuk seluruh wanita-wanita tangguh. (ris/bil/iss)