Seorang anggota senior Hamas menegaskan bahwa kelompok perlawanan tersebut selalu siap merundingkan gencatan senjata dan pembebasan sandera dengan Israel, dalam pertukaran tahanan yang “serius.”
Basem Naim, seorang pemimpin di biro politik Hamas menjelaskan bahwa kesepakatan terakhir yang “didefinisikan dengan jelas” terakhir terjadi pada 2 Juli lalu
“Itu telah dibahas dengan terperinci, dan menurut saya, kami hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata… yang dapat mengakhiri perang ini, menawarkan gencatan senjata permanen, penarikan total, dan pertukaran tahanan,” katanya dalam wawancara dengan Sky News, Kamis (14/11/2024) dikutip Antara.
Namun menurut Naim, Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel memilih jalur lain. Setelah itu, Israel melakukan beberapa serangan besar di Khan Younis dan Gaza City.
Dia juga menyebutkan, setelah pembunuhan Ismail Haniyeh kepala biro politik Hamas, pada Juli lalu, tidak ada lagi “proposal serius” yang diterima oleh Hamas.
Meskipun begitu, Naim menegaskan bahwa Hamas tetap positif terhadap proposal gencatan senjata dari Joe Biden Presiden AS pada 2 Juli.
Saat ditanya tentang serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel, Naim menjelaskan bahwa rakyat Palestina telah menderita selama 76 tahun akibat pendudukan Israel, dan apa yang mereka lakukan adalah pembelaan diri.
Terkait sandera Israel, Hamas menyatakan siap membebaskan mereka, namun menuntut pembebasan anak-anak, perempuan, dan warga Palestina yang tidak bersalah dari penjara Israel.
“Kami siap segera untuk mewujudkan gencatan senjata guna mengakhiri perang ini dan pertukaran tahanan yang serius demi membebaskan saudara-saudari kami,” katanya.
Naim juga menyerukan kepada Donald Trump Presiden terpilih AS, untuk mengambil langkah-langkah menghentikan agresi dan perang ini.
Israel masih melancarkan serangan ke Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang telah menewaskan lebih dari 43.700 orang dan membuat wilayah tersebut hampir tidak layak huni. (ant/bil/iss)