Rabu, 1 Januari 2025

H-2 Perayaan Pergantian Tahun Baru, Pedagang Trompet di Surabaya Lesu

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Mulyadi pedagang di Jalan Simo Sidomulyo saat mencoba trompet dagannya, Minggu (29/12/2024). Dia mengaku berjualan tahun ini tidak seramai tahun lalu. Foto: Akira suarasurabaya.net

Euforia pergantian tahun, agaknya tidak dirasakan oleh Eli (28 tahun) pedagang trompet yang biasa berjualan di area Taman Bungkul Surabaya.

Eli bukan pedagang baru. Sejak sekolah, dia kerap ikut ibunya berdagang mainan di sana.

“Saya di sini sudah sejak sekolah. Dari SMP ikut ibu jualan sampai sekarang saya sudah menikah,” terangnya kepada suarasurabaya.net, Minggu (29/12/2024).

Eli hanya berjualan setiap weekend saja, Sabtu dan Minggu. Setiap Sabtu, dia berjualan dari pukul 17.00-00.00 di Taman Bungkul. Sedangkan hari Minggu dan tanggal merah, dia bisa berjualan dari pagi.

Jelang tahun baru, Eli mengaku penjualan trompetnya belum mengalami peningkatan. Padahal, tahun baru sudah tinggal dua hari lagi.

Apalagi, lanjut Eli, lesunya penjualan itu makin terasa usai Kota Surabaya memberlakukan pelarangan penjualan trompet saat tahun baru.

“Sudah terlanjur kulakan banyak, tapi baru ada pemberitahuan kalau trompet juga dilarang saat tahun baru,” ungkapnya.

Untuk diketahui, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Surat Edaran (SE) Nomor 300/ 26738/ 436.8.6/ 2024, mengajak masyarakat meningkatkan keamanan, ketentraman, dan toleransi masyarakat selama momen Natal 2024 dan tahun baru 2025.

Dalam SE itu, terdapat larangan menjual dan menyalakan petasan, serta melakukan konvoi pada momen pergantian tahun. Namun, memperjualbelikan trompet ternyata juga ada dalam larangan yang tertera di SE tersebut.

Eli mengatakan, kalau memang ada aturan itu, harusnya pedagang besar yang menjual trompet ditutup saja dagangannya. Supaya pedagang kecil tidak perlu kulakan trompet.

“Karena percuma kulakan kalau nggak boleh dijual,” katanya.

Eli (28) salah satu pedagang mainan di Taman Bungkul Surabaya mengaku penjualan trompet jelang tahun baru masih lesu. Foto: Akira suarasurabaya.net

Sejak seminggu ini, Eli hanya berhasil menjual enam trompet tahun baru. Karena sudah terlanjur kulakan, Eli mengatakan tetap akan berjualan, meski dengan risiko akan dibubarkan oleh petugas pengamanan.

“Ya tetap jualan saja. Kalau nanti diobrak, tinggal dimasukkan kembali,” tuturnya.

Terpisah, Mulyadi (55 tahun) pedagang trompet di Simo Sidomulyo mengatakan hal serupa. Tahun ini, tidak seramai tahun lalu.

Pria yang langganan berjualan trompet tiap tahunnya itu mengaku, per hari dia hanya bisa menjual sekitar lima trompet.

“Itu kalau ada yang beli. Kalau sepi ya paling satu atau dua saja. Ya, meskipun sedikit, tetap ditelateni saja,” ungkapnya.

Kondisi yang seperti ini, membuat Mulyadi tidak berani kulakan terlalu banyak barang.

“Di sini saya jual tiga jenis trompet. Per jenisnya, saya kulakan 10 biji biasanya. Nanti kalau salah satu jenisnya ada yang habis, baru saya ambil lagi,” jelasnya.

Sementara itu, Eli berharap ke depannya pemerintah lebih memperhatikan pedagang kecil jika ingin membuat peraturan.

“Pemerintah enak tinggal bikin aturan tapi nggak lihat susahnya pedagang kecil seperti apa. Ini saya juga kulakan pakai duit utang-utangan. Kalau nggak balik modal karena aturan, ya sedih juga,” tandasnya. (kir/bil/ham)

Bagikan
Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Truk Tabrak Rumah di Palemwatu Menganti Gresik

Surabaya
Rabu, 1 Januari 2025
26o
Kurs