Puluhan aktivis lingkungan dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) sebuah Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah melakukan aksi kampanye pengurangan penggunaan plastik sekali pakai di halaman depan Taman Apsari, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, pada Rabu (13/11/2024).
Prigi Arisandi Founder Ecoton mengatakan, aksi tersebut dilakukan untuk memberi informasi kepada masyarakat, bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi masalah serius soal plastik, terutama mikroplastik.
“Indonesia menjadi negara yang menyumbangkan sampah plastik terbesar ketiga di dunia setelah India dan Nigeria,” katanya.
Selain sebagai salah negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia, ia membeberkan bahwa Indonesia juga merupakan negara yang penduduknya banyak mengkonsumsi produk mengandung plastik, bersama Malaysia dan Vietnam.
“Indonesia itu makan plastik sebanyak 15 gram per-bulan. Artinya, memang pola konsumsi kita terlalu berlebihan,” ungkapnya.
Akibat dari makanan yang mengandung plastik tersebut, ia menyatakan bahwa saat ini, dari berbagai hasil penelitian, tubuh manusia banyak mengandung mikroplastik, mulai dari di jantung, paru-paru, ginjal, otak, bahkan sperma.
“Maka kita ingin masyarakat Surabaya ini tahu. Ayolah kita menghentikan mengkonsumsi makanan yang packaging-nya itu plastik, sasetan, sedotan, kemudian air mineral dalam kemasan,” ucapnya.
Rafika Aprilianti Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton menambahkan, ada tiga jalur utama masuknya mikroplastik ke dalam tubuh manusia. Pertama, lewat konsumsi makanan dan minuman. Kedua, melalui udara yang tercemar. Dan ketiga, melalui penggunaan produk perawatan diri yang mengandung partikel plastik (microbeads).
“Ketika partikel ini masuk ke aliran darah, mikroplastik dapat menyebar ke seluruh organ, membawa ribuan senyawa kimia berbahaya seperti Bisphenol A (BPA), ftalat, dan PCB, yang bersifat toksik. Zat-zat kimia ini dapat memicu peradangan, mengganggu sistem imun, serta berdampak buruk pada fungsi organ dan sistem reproduksi manusia,” ucapnya.
Oleh karena itu, pihaknya ingin agar berbagai bentuk polusi plastik bisa diatasi. Upaya tersebut, salah satunya juga dilakukan oleh Ecoton dengan terus mendorong pemerintah agar mendukung Global Plastic Treaty yang saat ini tengah dirundingkan dalam forum internasional.
“Kami berharap Indonesia bisa mengambil peran aktif dalam menyuarakan pentingnya regulasi yang ketat terkait produksi dan penggunaan plastik,” ucapnya.
Sementara itu, Alaika Rahmatullah koordinator aksi Ecoton mengatakan selain kampanye untuk memberi informasi bahaya plastik sekali pakai, aksi tersebut juga menampilkan teaterikal “Operasi Plastik pada Manusia Plastik”.
Plastiknya diambil dari tubuh patung “Manusia Plastik” setinggi lima meter dengan lebar lima meter, yang dibuat oleh tim Ecoton dari tumpukan sampah plastik.
“Patung tersebut menjadi representasi visual dari ancaman mikroplastik yang semakin mengkhawatirkan bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Ini sebagai wujud keprihatinan terhadap maraknya polusi mikroplastik yang kini telah memasuki tubuh manusia,” ujarnya.
Seperti diketahui, beberapa poin utama yang dibawa dalam aksi tersebut yakni, menghimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman dalam kemasan plastik, mendorong pemerintah untuk berkomitmen dalam mewujudkan Global Plastic Treaty untuk mengurangi produksi plastik dan mengakhiri polusi plastik pada tahun 2040, meminta adanya pencantuman jenis polimer plastik pada Kemasan.
Selain itu, juga mendorong industri tidak menggunakan wadah makanan dan minuman yang terbuat dari bahan plastik sekali pakai, serta mengutamakan distribusi dengan sistem refill atau eeuse untuk mengurangi sampah plastik di bumi.(ris/bil/ipg)