Emil Elestianto Dardak mantan wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) 2019-2024 mengatakan saat ini sangat banyak anak muda kreatif lebih berminat menjadi seorang freelancer dan bukan seorang pegawai perusahaan untuk mencari penghasilan.
Meski demikian, Emil beranggapan untuk menjadi seorang freelancer yang dipercaya oleh klien, tentu perlu sebuah portofolio yang harus dimiliki oleh anak muda kreatif tersebut.
“Kita melihat bahwa untuk menjadi pekerja independen (freelancer) itu kan tidak otomatis. Dia harus punya apa yang kita kenal sebagai portfolio atau rekam jejak dia udah pernah mengerjakan proyek. Jadi pekerjaan itu bukan lagi continue, tapi base on project,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Rabu (7/8/2024) malam, menanggapi pembahasan soal tingginya minat anak muda bekerja sebagai freelancer.
Karenanya, dalam kesempatan itu Emil mendorong anak-anak muda memanfaatkan Millennial Job Center (MJC) Pemerintah Provinsi Jawa Jatim yang digagas untuk mendukung industri kreatif, khususnya di Jatim.
Menurutnya, saat ini baik designer, programmer, digital marketer hingga konten kreator bukan lagi profesi yang sifatnya sekadar hobi, melainkan memang dibutuhkan khususnya oleh para pelaku UMKM yang ingin survive di era digital.
Sedangkan teknik-teknik yang dulu hanya dikuasai oleh agensi besar, sekarang anak-anak muda atau talenta-talenta perseorangan sudah bisa mengerjakan dengan teknologi dan tools atau software yang ada sekarang.
“Jadi MJC ini kita menjodohkan, antara UMKM sebagai client, dengan anak-anak muda yang sudah punya skill sebagai talenta,” ucapnya.
Emil mengatakan, di MJC, talenta-talenta yang belum punya jam terbang, setiap projectnya juga bakal dilakukan mentoring oleh profesional dari agensi-agensi ternama. Karena itu, MJC juga disebut sebagai metode segitiga, yakni mempertemukan client dengan freelancer, dan freelancer dengan mentor.
“Karena kerjaan begini tuh biasanya anak muda atau talenta tidak tambah pintar hanya dengan duduk dan belajar teori, dia harus belajar sambil bekerja atau disebut onthe job learning,” ucapnya.
Selain itu, dia menekankan mentoring memang sangat perlu bagi seorang pekerja paruh waktu. Mengingat, diperlukan skill untuk menangani klien dan sebagainya.
“Karena mereka harus bisa bekerja independen, berhadapan dengan klien, memahami maunya klien apa. Dan kalau klien sudah tidak happy, bukan saja klien kemudian menolak pekerjaannya, atau memutus pekerjaannya, tapi jadi referensi negatif untuk lainnya,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, program MJC yang digagas waktu menjabat sebagai Wakil Gubernur Jatim periode 2019-2024 itu bahkan sudah mengcover talenta-talenta di wilayah daerah.
“Tidak hanya di kota-kota besar ya, jadi di daerah Jember, Madiun, Madura, Bojonegoro, Pantura itu sudah tercover semua,” pungkasnya. (bil/faz)