Rizal Azis, Dosen Program Studi Teknik Biomedik Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI), berhasil meraih hak paten di Inggris atas penemuan inovatifnya tentang media kultur sel punca Xeno-Free (bebas dari komponen hewani).
Inovasi yang dikembangkan bersama Profesor Nick Hannan dari University of Nottingham sejak 2020 ini diharapkan mampu merevolusi riset dan terapi sel punca di seluruh dunia, terutama dalam aplikasi klinis.
Rizal Azis di Kampus UI Depok, Selasa (15/10/2024), mengatakan formula yang dipatenkan ini memungkinkan produksi berbagai jenis sel seperti sel imun (makrofag dan sel dendritik), sel endotelial, fibroblast, sel jantung, paru-paru, dan hati dengan menggunakan satu jenis media.
Ia mengembangkan inovasi sel punca (steam cell) selama melanjutkan pendidikan doktoralnya di University of Nottingham, Inggris (Oktober 2020 – Agustus 2024).
Sifat Xeno-Free dari media ini secara signifikan mengurangi risiko kontaminasi, sehingga memberikan standar keamanan yang lebih tinggi dalam penerapan klinis.
“Saat ini pengobatan menggunakan media berbasis hewan yang rentan terhadap kontaminasi. Media baru kami menjamin keamanan, konsistensi, dan efisiensi yang lebih tinggi, yang sangat penting untuk penerapan klinis,” jelas Rizal, seperti dilansir Antara.
Sementara Profesor Hannan menjelaskan, paten ini merupakan langkah besar guna memastikan bahwa terapi sel menjadi lebih aman dan dapat diandalkan, terutama untuk aplikasi klinis skala besar.
Selama ini, terapi sel punca dibatasi oleh tingginya biaya dan risiko terkait penggunaan media kultur berbasis hewan. Inovasi Xeno-Free yang dikembangkan oleh Rizal menghilangkan risiko-risiko tersebut, membuat terapi menjadi lebih aman dan terjangkau.
Teknologi sel punca Xeno-Free ini menawarkan berbagai manfaat, antara lain bebas dari komponen hewani, sehingga mengurangi risiko kontaminasi patogen (xeno-free), serta menggunakan komposisi yang terdefinisi dengan baik sehingga memberikan hasil pengobatan yang konsisten.
Selain itu juga dapat digunakan untuk berbagai jenis sel, mulai dari sel hati hingga sel jantung dalam berbagai aplikasi medis, serta dapat diproduksi dalam skala besar dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan produk sejenis, sehingga membuat terapi sel punca lebih mudah diakses.
Teknologi ini tidak hanya memberikan dampak besar bagi dunia sains, tetapi juga masyarakat luas. Di masa depan, pasien dengan gangguan genetik, penyakit kardiovaskular, atau kegagalan organ dapat memperoleh manfaat dari terapi sel punca yang lebih aman dan dipersonalisasi.
Selain itu, Rizal juga berhasil mengembangkan sel punca terinduksi khusus Indonesia yang disebut sel RI (Republic of Indonesia). Sel-sel ini dapat digunakan dalam pengobatan yang disesuaikan dengan pasien Indonesia, memastikan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dalam mengobati gangguan genetik.
Menanggapi prestasi ini, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU. Dekan FTUI menyampaikan bahwa pencapaian Rizal Azis dalam memperoleh paten internasional ini adalah bukti nyata dari dedikasi serta kualitas penelitian yang dihasilkan oleh sivitas akademika FTUI.
Inovasi ini tidak hanya memberikan kontribusi besar bagi dunia kesehatan global, tetapi juga mengangkat nama Indonesia di kancah ilmiah internasional.
Teknologi kesehatan semacam ini tidak akan tercapai tanpa adanya kolaborasi lintas ilmu, lintas negara, dan lintas bidang yang saling mendukung. Kerja sama seperti ini memungkinkan terobosan ilmiah yang benar-benar berdampak pada masyarakat luas.
Dekan FTUI juga menambahkan bahwa paten ini merupakan langkah maju yang menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dan inovasi dalam menciptakan solusi kesehatan yang tidak hanya efisien, tetapi juga terjangkau bagi masyarakat.
Dengan teknologi yang lebih aman dan mudah diproduksi ini, diharapkan terapi berbasis sel punca dapat diakses oleh lebih banyak orang di Indonesia, sekaligus meningkatkan kapasitas riset dalam negeri.
Inovasi ini telah menarik perhatian dari tujuh perusahaan bioteknologi internasional dari Inggris, Kanada, dan Jerman, yang berminat untuk memproduksi teknologi ini secara global.
Keberhasilan teknologi Xeno-Free ini menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam bidang pengobatan regeneratif yang berkembang pesat. Pencapaian Rizal ini merupakan prestasi monumental bagi komunitas ilmiah dan medis.
Penemuan ini berpotensi membuka jalan bagi penerapan terapi sel punca skala besar yang lebih efektif di seluruh dunia, memberikan manfaat bagi jutaan orang yang membutuhkan pengobatan medis canggih.(ant/iss)