Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia, Selasa (19/11/2024) waktu Brasil, menghadiri sesi ketiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
Dalam sesi yang mengangkat tema “Sustainable Development and Energy Transition“, Prabowo menegaskan pentingnya kolaborasi global untuk mengatasi masalah kemiskinan, kelaparan, perubahan iklim, serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan transisi energi hijau.
“Kemarin kita telah membahas masalah kemiskinan dan kelaparan. Kita semua memiliki komitmen yang kuat untuk mengatasi masalah tersebut. Tantangan tersebut memang mempengaruhi negara-negara berkembang, pembangunan berkelanjutan mereka, dan agenda transisi energi mereka. G20 harus menghasilkan tindakan nyata untuk membantu mencapai SDGs,” ujarnya.
Selanjutnya, RI 1 menegaskan pentingnya tindakan kolektif dari anggota G20 untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam mengatasi dampak perubahan iklim.
Prabowo menjelaskan, Indonesia merasakan dampak langsung perubahan iklim, termasuk kenaikan permukaan laut di pesisir utara Pulau Jawa yang berdampak pada ratusan ribu hektare lahan produktif.
“Itu akan memperburuk kemiskinan dan kelaparan. Sehingga, bagi Indonesia tidak ada alternatif lain. Kami berkomitmen penuh untuk mengambil langkah-langkah besar guna mengurangi suhu iklim untuk menyelamatkan lingkungan dan mengatasi situasi tersebut,” tegasnya.
Dalam upaya transisi energi hijau, Presiden menyampaikan visi besar Indonesia untuk mencapai net zero emission sebelum tahun 2050 melalui sejumlah upaya, seperti peningkatan penggunaan biodiesel dan konversi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ke energi baru terbarukan.
“Kami juga memiliki sumber daya panas bumi yang luar biasa, dan kami berencana untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara dan semua pembangkit listrik tenaga fosil dalam 15 tahun ke depan. Kami berencana untuk membangun lebih dari 75 gigawatt tenaga terbarukan dalam 15 tahun ke depan,” jelasnya.
Sebagai salah satu negara dengan hutan tropis terluas di dunia, Prabowo menyampaikan Indonesia berperan signifikan dalam menjaga keseimbangan iklim global.
Presiden RI juga menekankan pentingnya komitmen berkelanjutan untuk mengimbangi peran hutan dalam menjaga suhu global.
“Indonesia terbuka untuk mengoptimalkan prospek 557 juta ton kredit karbon Indonesia. Kami juga memiliki kapasitas penyimpanan karbon terbesar, dan kami tawarkan ini kepada dunia,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Prabowo menyatakan Indonesia mendukung upaya internasional dengan komitmen pendanaan senilai 30 juta Dollar AS untuk menjembatani kesenjangan pendanaan pada kegiatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Kami berharap ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia, sebagaimana yang diupayakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),” tandasnya.
Turut mendampingi Presiden RI di forum internasional itu sejumlah Anggota Kabinet Merah Putih, antara lain Airlangga Hartarto Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sugiono Menteri Luar Negeri, Sri Mulyani Menteri Keuangan, dan Teddy Indra Wijaya Sekretaris Kabinet.(rid/ipg)