Rabu, 13 November 2024

Dari Polisi Baik hingga Pahlawan Sosial: Kisah Ipda Purnomo dan Istri Merawat ODGJ

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ipda Purnomo dan Lilik Ika Wahyuni istrinya saat mengudara di Radio Suara Surabaya pada Minggu (10/11/2024). Foto: Arvin Fayruz Mg suarasurabaya.net

Selama hampir sewindu Ipda Purnomo, yang dikenal sebagai “Polisi Baik”, dan Lilik Ika Wahyuni istrinya telah merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tanpa mengenal lelah.

Pasangan ini memulai perjalanan sosial mereka dengan niat mulia untuk membantu sesama, namun tak disangka, mereka terlibat dalam penanganan ODGJ yang mengubah hidup mereka sekeluarga.

Bagi Lilik, perjalanan ini dimulai dengan niat sederhana. Semula, mereka berfokus pada kegiatan sosial, seperti santunan anak yatim, bedah rumah, dan donasi untuk bencana alam.

Namun, seiring berjalannya waktu, mereka mulai menyadari banyaknya orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang berada di sekitar tempat tinggal mereka.

Suatu hari, tanpa perencanaan, Ipda Purnomo pulang dari dinas dengan membawa dua orang yang membutuhkan perawatan khusus.

“Tiba-tiba, Pak Purnomo pulang dan membawa dua orang dengan kondisi yang sangat kacau. Rumah kami langsung kalang kabut. Saya bingung, karena kami tidak tahu bagaimana cara menangani ODGJ,” kenang Lilik saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Minggu (10/11/2024) sore.

BACA JUGA: Cerita Ipda Purnomo “Polisi Baik” Membangun Kampung Bebas Rentenir, Pinjol dan Riba di Lamongan

Ipda Purnomo menambahkan, kala itu ia menemukan seorang laki-laki dan perempuan ODGJ yang tak mengenakan busana sehelai pun. Karena tak tega, ia membawa mereka ke rumah.

“Saya temukan saat sore dan petang. Setelah saya bawa ke rumah, saya tinggal dinas malam. Ternyata mereka di rumah teriak-teriak,” cerita Purnomo.

Pada saat itu, Lilik hanya bisa memberi makan dan memandikan orang tersebut. Sebab kesulitan berkomunikasi dengan pasien tersebut membuat mereka merasa kebingungan.

Meski awalnya merasa bingung, pasangan ini semakin merasa terpanggil untuk merawat ODGJ yang mereka temui. Apalagi ada satu titik yang membuat mereka puas sekaligus bersyukur.

“Kami bersemangat untuk membantu mereka bertemu dengan keluarga. Itu yang membuat kami terus berjuang. Semula kami unggah mereka di Facebook, berharap keluarga mereka melihat dan bisa membawa mereka pulang,” kata Lilik.

Meski awalnya sangat awam, Purnomo menjelaskan bahwa pemanfaatan media sosial efektif untuk menemukan keluarga dari pasien yang mereka rawat.

“Beberapa keluarga pasien datang dan berterima kasih secara langsung. Mereka mengucapkan hal-hal yang menyentuh hati saya. Sebagai manusia biasa, itu membuat saya menangis. Kami tidak mencari pujian, hanya berharap ridha Tuhan,” ujar Purnomo penuh haru.

Bagi Lilik, proses ini membawa banyak pelajaran hidup. Dia menyebut fase ini sebagai berkah untuk keluarga. Sehingga dia akan menjalaninya dengan ikhlas.

“Memang banyak suka dan dukanya, tetapi saya belajar untuk menikmatinya. Saya pernah merasa berontak, tapi setiap kali ODGJ bertemu keluarganya, hati kami merasa sangat senang,” kata Lilik.

Namun, ada juga momen yang penuh tantangan. Terutaam ketika ada pasien yang tidak kunjung bertemu keluarganya lagi.

“Itu yang sering membuat kami bertengkar karena merasa sedih dan bingung harus bagaimana. Tapi, kami terus berusaha,” tambahnya.

Kini, mereka merawat lebih dari 250 ODGJ, ditambah lansia dan anak yatim yang juga membutuhkan perhatian.

Dengan ketulusan dan niat baik, Purnomo dan Lilik Ika Wahyuni telah membuktikan bahwa menjadi pahlawan bagi sesama tak selalu harus dilakukan dengan cara besar.

Mereka menunjukkan bahwa kepedulian, kesabaran, dan keikhlasan dalam merawat ODGJ dapat membawa perubahan yang luar biasa, tidak hanya untuk orang yang dibantu, tetapi juga untuk diri sendiri. (saf/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Rabu, 13 November 2024
34o
Kurs