Jumat, 22 November 2024

Cegah Gugurnya Petugas KPPS di Pemilu 2024, Pakar Tekankan Pentingnya Manajemen Waktu Istirahat

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Ilustrasi Pemilu 2024. Foto: Grafis suarasurabaya.net

Andrianto dokter sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) mengingatkan pentingnya manajamen waktu istirahat yang baik kepada Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang akan bertugas dalam Pemilihan Umum (Pemilu) pada Rabu (14/2/2024) besok.

Hal itu tekankan, agar tidak kembali terjadi petugas KPPS meninggal dunia karena kelelahan. Mengingat, kasus itu pernah terjadi di Pemilu sebelumnya yakni terhitung ada 894 anggota KPPS yang gugur.

“Jangan sampai kelelahan sebelum hari pelaksanaan. Persiapannya tidak ringan, maka dari itu, harus tahu kapan waktu kerja dan kapan waktunya istirahat,” katanya kepada suarasurabaya.net, Selasa (13/2/2024).

Meskipun kini anggota KPPS telah menunjukkan surat keterangan sehat saat mendaftar, bukan berarti kejadian tersebut tidak mungkin terulang. Menurutnya, surat tersebut tidak sepenuhnya menjamin, karena ada penyakit bawaan yang berpotensi kambuh, terutama kardiovaskular bersifat asymptomatic.

“Penyakit-penyakit kardiovaskular sendiri banyak asymptomatic atau tanpa gejala, itulah yang harus menjadi kewaspadaan,” tegasnya.

Ia membagikan cara agar saat betugas tidak kelelahan. Pertama, jika pekerjaan padat, tetap sempatkan waktu sebentar untuk memulihkan tenaga, sehingga tubuh memiliki fase untuk recovery.

Kedua, asupan gizi harus tercukupi, tetapi tidak perlu doping afau mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk memperkuat tubuh.

“Karena kalau sistem doping, tubuh tidak dalam keadaan fit, dan teraktivasi berlebihan, nantinya juga akan kontraproduktif,” sambungnya.

Ketiga, ia menekankan agar seseorang mengenali diri sendiri. Yakni, jika tubuh mengirim sinyal tidak fit seperti ngos-ngosan dan berdebar, maka patut waspada dan segera kunjungi fasilitas kesehatan.

“Semakin singkat kita memanfaatkan waktu, maka jantung kita tidak akan dalam keadaan yang lebih buruk,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga memberi cara menangani petugas yang pingsan, yakni ketika napas dan denyut nadinya terdeteksi, pasien hanya perlu berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala selama 10 hingga 15 menit, kemudian dilanjut pemeriksaan lebih detail di fasilitas kesehatan.

Sedangkan, jika pasien berhenti napas dan denyut nadi tidak terdeteksi, terlebih akibat henti jantung, maka upaya penanganan harus segera terlaksana dengan cepat dan tepat.

“Ketika upaya penyelamatan henti jantung bisa dilakukan dalam 20 menit, 1 dari 5 bisa selamat. Kalau berhubungan dengan kegawatan jantung, pembuluh darah, dan saraf, sangat berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan penanganan,” tuturnya.(ris/saf)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
34o
Kurs