Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) secara resmi membuka Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jatim yang digelar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jumat (2/08/2024).
Hal itu ditandai dengan pemencetan tombol sirine oleh KH Miftachul Akhyar Rais Aam PBNU dan KH Yahya Cholil Staquf Ketua Umum PBNU.
Dalam kesempatan itu, Gus Yahya sapaan akrab Ketua Umum PBNU menyebut bahwa Nahdlatul Ulama harus terus berupaya melakukan transformasi. Hal ini mengingat telah banyak entitas yang tidak relevan dan terkikis oleh perkembangan zaman yang begitu cepat.
“NU akan terus berupaya menjadi organisasi yang tetap dibutuhkan oleh umat,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang itu.
Dia menyebut dunia sedang berubah dan perubahannya begitu cepat. Di tengah perubahan itu semua akan menghadapi tantangan yang paling mendasar, yaitu untuk tetap relevan. Menurutnya, perubahan ini tidak memandang entitas apapun.
“Perubahan itu bisa negara, atau organisasi atau bahkan perorangan. Kita tahu sudah berapa banyak orang-orang yang begitu penting di tengah-tengah masyarakat menjadi tidak relevan karena habis masa jabatannya,” ujarnya.
Dalam konteks yang berskala besar, lanjutnya, NU harus mampu mempertahankan relevansinya di tengah perubahan peradaban yang begitu cepat. Ia meyakini bahwa NU adalah organisasi yang penuh keberkahan dan tetap dibutuhkan umat sepanjang zaman.
“Apalagi dalam konteks masyarakat berskala peradaban seperti yang kita alami saat ini. maka NU-pun memiliki tantangan yang sama. Sejauh mana NU mampu mempertahankan relevansi ditengah tengah perubahan yang begitu cepat. Sampai kapan orang butuh NU. kita yakin jam’iyah ini adalah jam’iyah yang barokah sebagaimana di nash oleh muassisnya sendiri,” terangnya.
Gus Yahya mengatakan, keyakinan tentang keberkahan NU dan para Muassis senantiasa membuat optimistis tentang masa depan. Meski demikian, keyakinan tersebut harus dibarengi dengan tanggung jawab yang besar pula.
“Tetapi tentu saja siapapun yang sudah berani memegang tanggung jawab atas organisasi ini harus berbuat sesuatu sehingga relevansi ini tetap lestari bahkan meningkatkan menjadi relevan lagi,” jelasnya.
Berdasarkan cara berfikir inilah, maka PBNU sampai pada kesimpulan bahwa jam’iyah ini harus bertranformasi. Transformasi yang dibutuhkan ialah transportasi secara dharury bukan hanya musabaqoh menjadi lebih baik dari yang lain, atau bahkan hanya muharabah untuk memenangkan pertarungan dengan yang lain.
“Ini soal survival, bagaimana soal bertahan di tengah gelombang yang terjadi. Ini dalam rangka memenuhi kebutuhan transportasi itu kita kembangkan sejumlah strategi yang pada dasarnya meliputi 3 matra besar. Di antaranya meliputi konsolidasi tata kelola organisasi, konsolidasi agenda-agenda organisasi, dan konsolidasi sumber daya organisasi,” ucapnya.
Pihaknya pun bersyukur pada malam hari ini bukan hanya untuk melaksanakan kewajiban organisasi di lingkungan PWNU Jatim ini. “Tempat konferensi ini dilaksanakan di Tebuireng, tempat kita bertabaruk pada muassis jam’iyah dan dzuriyah beliau,” pungkasnya. (bil/ipg)