Senin, 1 Juli 2024

BNNP Jatim Ajak Masyarakat Menjauhi Narkoba dan Menerapkan Gaya Hidup Sehat

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Brigjen Mohammad Aris Purnomo Kepala BNNP Jatim waktu memusnahkan barang bukti ganja 1,8 kilogram, Senin (24/6/2024). Foto: Wildan suarasurabaya.net

Jawa Timur (Jatim) secara nasional menduduki peringkat kedua kawasan rawan narkoba dengan kategori Bahaya dan Waspada, dengan jumlah 1.062 kawasan rawan narkoba.

Rinciannya, terdapat 110 kawasan untuk kategori Bahaya, dan 952 kawasan untuk kategori Waspada. Kawasan rawan terpusat di beberapa wilayah yang ada di Jatim.

“Penduduk Jawa Timur kan banyak dan padat, wilayahnya juga luas. Ada pula pembangunan. Dampak pembangunan menimbulkan stres dan konflik. Akhirnya pelampiasannya ke sana (narkoba),” ucap Brigjen Pol. Mohammad Aris Purnomo Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jatim dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya pada Rabu (26/6/2024).

Dalam rangka Hari Anti Narkotika Internasional, Rabu (26/6/2024) hari ini, Aris menekankan langkah penting adalah menyadarkan masyarakat supaya tidak menggunakan narkoba.

“Investasi paling efektif memang mencegah. Karena rehabilitasi itu tidak menyembuhkan, hanya memulihkan. Sebab ketika orang sudah ketagihan atau kecanduan, itu seperti penyakit kronis. Suatu saat bisa kambuh. Jadi, paling penting mencegah dan menerapkan pola hidup sehat,” jabarnya.

Aris tidak menampik ada sejumlah masyarakat yang memiliki pandangan salah tentang narkoba. Bahkan, ada yang menggunakan narkoba agar betah melek ketika beribadah.

Dia menambahkan, narkoba yang beredar di Jawa Timur (Jatim) sangat beragam. Mulai dari ganja, ekstasi, hingga sabu-sabu.

“Tetapi, sekarang banyak juga penyalah gunaan bahan lain, yang bukan narkoba tapi menimbulkan kecanduan, seperti lem atau bensin. Itu yang digunakan untuk lari dari masalah yang dihadapi,” terangnya.

Berdasarkan data gabungan dari berbagai instansi, kasus narkoba di Jawa Timur rata-rata per tahun mencapai 5.000 hingga 6.000 kasus, dengan jumlah tersangka hingga 6.000 orang.

“Hingga Mei 2024, tercatat sudah 2.150 kasus. Jenisnya bermacam-macam. Mulai ganja, sabu-sabu, dan ekstasi. Paling banyak adalah ganja, karena lebih murah,” terangnya.

Aris mengungkapkan, rata-rata narkoba yang didistribusikan di Jawa Timur berasal dari paket yang dikirim dari Jakarta.

“Paketnya ini legal. Misalnya paket dikirim dari Medan, Pontianak, atau Jakarta. Narkobanya dibungkus seperti paket baju dan barang lainnya. Masalahnya banyak paket titipan seperti di bus. Paket (narkoba) itu disamarkan dengan baju-baju. Sering kali alamatnya juga palsu. Jadi dia akan menunggu di alamat tersebut,” jelasnya.

Aris menambahkan, kota-kota besar di Jawa Timur seperti Surabaya, Madura, Mojokerto masih mendominasi peta rawan narkoba.

“Memang rata rata masyarakatnya heterogen. Paling banyak adalah pekerja usia 30 tahun karena mereka punya uang untuk membeli narkoba. Kemudian, ada pelajar, mereka rata rata pakai dobel L, bensin, atau ngelem,” ungkapnya.

Aris mengimbau masyarakat untuk menajauhi, menghindari, dan tidak punya pikiran untuk menjajal narkoba. Caranya, dengan menerapkan gaya hidup sehat.

Dia juga mengajajak masyarakat berani melapor ke BNN atau polisi terkait narkoba.

“Kami juga ada call center, dan masyarakat yang melapor pasti akan dilindungi,” tandasnya.(saf/rid)

Berita Terkait

..
Surabaya
Senin, 1 Juli 2024
28o
Kurs