Saifullah Yusuf Menteri Sosial (Mensos) mengunjungi Surabaya pada Minggu (17/11/2024) dalam rangka “belanja masalah” untuk mempercepat pelaksanaan program kesejahteraan sosial.
Dalam kunjungan lapangan itu, Mensos mengunjungi keluarga Bambang Sasmito (41), seorang pedagang makanan ringan dan Tita Riama (38) istrinya.
Mereka adalah warga Kelurahan Tanah Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran, Surabaya. Keluarga ini belum menerima Program Keluarga Harapan (PKH).
Keluarga tersebut memiliki empat anak, yaitu Tabitha Nurul Aini (16), Miftahul Huda (12), dan Hanum Putri Ramadhani (6). Ketiganya menderita Cerebral Palsy dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti anak-anak pada umumnya.
Sementara itu, anak bungsu mereka, yaitu Idangmas Gale Kamandaru (1) mengalami keterlambatan pertumbuhan.
“Kami menemukan keluarga penerima manfaat yang seharusnya mendapatkan bantuan berkelanjutan, namun ternyata terputus. Terlebih lagi, keluarga ini memiliki anak-anak dengan kebutuhan khusus,” kata Gus Ipul, sapaan Saifullah Yusuf.
Keluarga Bambang sebelumnya pernah menerima bantuan PKH, namun bantuan tersebut terhenti.
Oleh karena itu, pihak Kemensos sedang melakukan pendataan ulang untuk memastikan keluarga ini dapat menerima bantuan PKH, karena salah satu kriteria penerima PKH adalah keluarga yang memiliki penyandang disabilitas.
Temuan ini akan dijadikan evaluasi untuk program Kemensos, khususnya dalam hal validasi dan pembaruan data penerima manfaat.
“Ini adalah hal yang perlu diperbaiki ke depan. Sesuai arahan Presiden, kami diminta untuk memastikan bahwa data yang kami miliki itu valid,” ujarnya.
Gus Ipul juga menyoroti kinerja pendamping PKH. Ia menekankan bahwa pendamping PKH, sebagai ujung tombak program Kemensos, harus mengetahui data historis bantuan yang telah diterima oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) serta kondisi sosial ekonomi mereka.
“Saya sempat berdiskusi dengan beberapa pendamping PKH. Mereka mengenal keluarga yang mereka dampingi, tetapi tidak sepenuhnya memahami masalah yang dihadapi keluarga tersebut. Ini juga menjadi masalah,” jelasnya.
Menurutnya, jika pendamping memahami dengan baik tugas dan fungsi mereka, program yang diberikan akan lebih efektif dalam mempercepat kesejahteraan sosial KPM.
Sebaliknya, jika pendamping tidak memahami kondisi keluarga dengan baik, kesuksesan program akan terhambat.
Selain mendata ulang, dalam kunjungan ini, Mensos juga memberikan bantuan berupa paket yang berisi susu bernutrisi tinggi, perlengkapan kebersihan diri, pakaian, dan mainan untuk mendukung kebutuhan anak-anak.
Kemensos juga memberikan modal usaha berupa gerobak dan bahan baku untuk meningkatkan pendapatan keluarga, serta bantuan pembayaran biaya kost untuk meringankan beban mereka.
Pihak Kemensos memastikan akan terus memantau perkembangan keluarga ini, termasuk kondisi anak bungsu mereka yang dijadwalkan menjalani MRI pada Desember 2024 untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Semoga ke depan data yang kami miliki sudah valid, sehingga intervensi yang dilakukan dapat fokus, tepat sasaran, dan tidak tumpang tindih. Artinya, Kemensos bersama dinas sosial Jawa Timur dan Kota/Kabupaten bisa berbagi sasaran. Ini yang akan kami perbaiki ke depan,” pungkasnya. (ris/saf/ham)