Banyak inovasi diciptakan sekolah untuk mengimplementasi program Merdeka Belajar. Salah satunya SD Anak Saleh Kota Malang yang membuat program Student Learning Ownership.
Andreas Setiyono Kepala SD Anak Saleh Kota Malang mengungkapkan, program ini dibuat karena ada kegelisahan tentang ketuntasan belajar anak.
“Kami melihat sepertinya anak kurang tuntas. Banyaknya pelajaran dengan jadwal padat membuat anak tidak bahagia, tertekan karena banyaknya capaian pembelajaran,” terang Andreas Setiyono dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net, pada Kamis (21/11/2024).
Setelah adanya kurikulum merdeka, pihaknya lalu mengubah struktur kurikulum dari K13 ke kurikulum merdeka. Materi dan soal ujian pun disusun sendiri oleh sekolah dengan mengurutkan tujuan pembelajaran. Sedangkan soal dari kota dipakai sebagai pengayaan.
“Fokus kami ke anak, bagaimana anak bisa bahagia dalam belajar,” katanya.
Di program student learning ownership ini, pihaknya mencoba mengembalikan hak anak untuk belajar. Bagaimana meningkatkan pembelajaran individu sesuai kemampuan. “Fokusnya bukan pada bagaimana guru mengajar tapi bagaimana siswa belajar,” katanya.
Program ini diawali dengan perencanaan (planning) di mana anak diajak untuk merancang jadwal materi belajar sendiri.
“Jika anak bisa memutuskan kecepatan belajar sesuai pemahaman sendiri, maka pasti bisa menjamin hak pembelajaran semua anak,” katanya.
Setelah mampu merancang jadwal materi belajar sendiri, tahap selanjutnya adalah progressing yang menuntut anak bertanggung jawab pada pembelajaran diri sendiri.
“Anak belajar sendiri ketika ingin berkonsentrasi, anak berkolaborasi ketika ada kesulitan, dan tetap fokus pada tugas individu masing-masing,” terangnya. Setelah tahap ini selesai, tahap berikutnya adalah asesmen.
Di tahap ini, anak memutuskan kapan ikut ujian materi.Ujian bukan dinilai oleh guru, tapi untuk tahu progres diri sendiri, sampai mana sudah paham. Setelah itu baru dilakukan refleksi agar anak lebih siap belajar untuk ke depannya, karena belajar cara belajar, anak menjadi lebih baik ketika belajar pada esok hari.
“Ini semua demi membuat zaman anak SD yang bahagia,”tegasnya.
Program Student Learning Ownership ini diwujudkan dalam berbagai kegiatan, seperti Pekan Emas, circle time, project adventure seperti pipe line, carpet challenge, pata-pata hingga egg project. Kemudian white board meeting yang melatih bagaimana menggunakan papan tulis pribadi secara efisien, dan bukan untuk membuat kesimpulan.
Lalu ada juga kegiatan Being yang membuat kelas aman dan nyaman dan Pair Talk untuk kolaborasi.
Andreas yang juga pernah dipercaya BBPMP Provinsi Jawa Timur menjadi nara sumber di kegiatan pemulihan pembelajaran mengatakan, bukti keberhasilan program ini anak bisa bebas bertanya dan berpendapat, karena dengan bertanya menunjukkan dia berpikir, ada rasa ingin tahu, critical thinking dan collaborative learning.
“Memang ini belum 100 persen, membangun individual learning nya yang ditekankan,” katanya.
Andreas menegaskan, di program ini, asesmen sumatif tetap diberikan oleh guru, sementara asesmen formatif oleh anak berdasarkan kecepatan belajarnya masing-masing.
Di kesempatan terpisah, Rizqi Kepala Bagian Umum BBPMP Provinsi Jawa Timur mengungkapkan, tidak ada produk gagal dari Tuhan, setiap manusia punya keistimewaan dan punya ‘ruang’ masing-masing yang disediakan secara fitrah.
Ia menuturkan apa yang digiatkan di SD Anak Saleh Kota Malang sangat membantu anak menemukan ‘ruang’ yang sudah disediakan dalam kehidupan. Sehingga tidak ada anak yang tidak punya tempat dalam kehidupan.
“Sebelumnya, para guru kalau mendengar kata kurikulum, yang terlintas adalah administrasi rumit, bertele-tele, membelenggu, dan seolah-olah tidak ada alternatif, semua anak dapat materi sama dengan cara sama, pengalaman belajar dan sumber belajar yang sama, penilaian yang sama, sehingga mungkin hanya mengakomodasi sebagian kecil anak yang cocok dengan cara seperti itu,” jelasnya.
Maka untuk makin menggenjot pembelajaran yang berorientasi ke siswa beserta feedbacknya dari para stakeholder, Rizqi menyampaikan, BBPPMP Pprovinsi Jawa Timur sejauh ini telah melakukan beberapa upaya.
Yang pertama, Pendampingan IKM bagi Sekolah Pelaksana Kurikulum Merdeka berdasarkan Refleksi Pelaksanaan IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) TA (Tahun Ajaran) 2023/2024 yang dilakukan lebih dari sekali.
Yang kedua, Refleksi IKM yang dilakukan beberapa tahap. Yang ketiga, Survey persepsi Pemerintah Daerah, Pendidik (Kepala Sekolah, Guru, Pengawas Sekolah), dan orang tua terhadap IKM.
Yang keempat, visitasi IKM dan menggalang Mitra Pembangunan IKM. Yang kelima, Persiapan festival kurikulum Merdeka.
Yang keenam, Progress Report IKM oleh BBPMP Provinsi Jawa Timur, dan Dinas Pendidikan yang dilaksanakan beberapa kali. Yang ketujuh, menyelenggarakan Festival Kurikulum Merdeka.
Yang kedelapan, melakukan Advokasi IKM bagi mitra pembangunan IKM beserta pemantauan dan evaluasi perannya.
Dan yang terakhir, menyelenggarakan Advokasi Peningkatan Kualitas Proses Pelaksanaan Kurikulum Merdeka, melalui Peningkatan Kualitas Pemanfaatan PMM (Platform Merdeka Mengajar). (red/ham)