Sabtu, 18 Januari 2025

Banjir Pasuruan Mulai Surut, BBWS Lanjut Pantau Penumpukan Sampah di Jembatan Pagerluyung

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Kondisi sungai di bawah Jembatan Pagerluyung, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, yang hingga, Senin (9/12/2024) pagi, dilaporkan mengalami penumpukan sampah, terutama bambu yang terbawa aliran sungai akibat curah hujan tinggi. Foto: Agus via WA SS

Banjir di Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, yang terjadi akibat meluapnya Sungai Rejoso beberapa hari terakhir, dilaporkan mulai surut sejak Minggu (8/12/2024) pagi.

Banjir yang melanda wilayah tersebut sejak, Jumat (6/12/2024) malam, sempat mencapai kedalaman 120 cm di Desa Kedawung Kulon, salah satu lokasi terdampak paling parah.

Terkait hal ini, Eko Purwito Tim Rescue Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas menyebut, curah hujan tinggi menjadi penyebab Sungai Rejoso tak mampu menampung aliran air, sehingga menimbulkan banjir di beberapa wilayah.

“Kami turun ke lokasi sejak Jumat malam, dan memang curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan Sungai Rejoso meluap. Tidak ada indikasi banjir bandang dari Umbulan, namun sungai tidak bisa menampung air,” katanya kepada Radio Suara Surabaya, Senin siang.

Kemudian pada, Sabtu (7/12/2024) siang, BBWS mulai melakukan penyedotan air setelah kondisi debit air di Sungai Rejoso itu berangsur surut.

“Proses penyedotan baru bisa dilakukan Sabtu siang, ketika air di Sungai Rejoso sudah mulai berkurang. Desa-desa di Winongan yang terendam banjir selama beberapa hari kini sudah mulai surut total sejak Minggu pagi,” jelas Eko.

Selain banjir di Sungai Rejoso, Eko juga menjelaskan soal kondisi sungai di bawah Jembatan Pagerluyung, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, yang hingga Senin pagi dilaporkan mengalami penumpukan sampah, terutama bambu yang terbawa aliran sungai akibat curah hujan tinggi.

Eko mengatakan saat ini pihaknya tengah memantau peningkatan debit air di Sungai Berantas yang terjadi karena aliran air yang berasal dari Malang, membawa tumpukan bambu hingga tersangkut di bawah jembatan.

“Debit air memang meningkat karena curah hujan tinggi yang merata di beberapa wilayah. Hal ini mengakibatkan tumpukan bambu dan sampah lainnya di bawah jembatan,” bebernya.

Selain, itu debit air meningkat karena aliran yang berasal dari Malang membawa tumpukan bambu hingga tersangkut di bawah jembatan.

Eko juga menambahkan BBWS Brantas punya beberapa posko yang tersebar di beberapa wilayah, termasuk Posko I di Mojokerto dan Kediri, Posko II di Surabaya, serta Posko III yang mencakup daerah Pasuruan hingga Madura. (bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Sabtu, 18 Januari 2025
30o
Kurs