Kamis, 12 Desember 2024

Balai Bahasa Jatim Luncurkan Buku Cerita Anak Dwibahasa, Bawa Semangat Literasi dan Pelestarian Bahasa

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Ari Setyorini Kasubag Umum Balai Bahasa Jatim saat memberikan sertifikat pada salah satu penulis Buku Cerita Anak Dwibahasa, Kamis (12/12/2024) Foto: Akira suarasurabaya.net

Balai Bahasa Jawa Timur (Jatim) bersama Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Penerjemah meluncurkan Buku Cerita Anak Dwibahasa yang ditulis oleh kurang lebih 88 penulis asal Jatim.

Ari Setyorini Kasubag Umum Balai Bahasa Jatim mengatakan, 88 penulis itu disaring dari sayembara yang telah dilakukan sebelumnya.

“Jadi sebelum acara hari ini, kami sudah melewati proses panjang. Dari mendapatkan sekitar 700-800 naskah, kemudian dikurasi menjadi 113 cerita,” ungkapnya, Kamis (12/12/2024).

Naskah-naskah yang masuk, lanjut Ari, berisi tentang cerita anak dengan teman STEAM yakni, Sains, Technology, Engineering, Art, dan Mathematic.

Kata Ari, tema ini dipilih karena menyesuaikan arahan dari Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa (Pustanda) Kemendikbudristek.

“Kami ingin anak-anak memiliki kemampuan atau kompetensi agar tidak malu dengan budaya sendiri. Hal ini memungkinkan anak-anak agar tidak terlalu berkiblat pada dunia barat,” tambahnya.

Sementara itu, Awaludin Rusiandi Koordinator KKLP Penerjemah menerangkan, dalam Buku Cerita Anak Dwibahasa ini terdapat gambar-gambar yang bisa menjadi daya tarik anak-anak.

Gambar itu, dikerjakan oleh kurang lebih 39 ilustrator sesuai dengan cerita yang dibawakan. Andi juga mengatakan, salah satu tujuan digunakan ya dwibahasa dalam buku cerita ini, agar anak-anak mencintai budaya lokal melalui bahasa.

“Setidaknya ketika mereka mengucapkan sesuatu dalam bahasa Jawa, mereka tahu artinya apa,” kata Andi.

Anak-anak dari Kojunitas Bahasa Istarat Indonesia (Bisindo) saat menampilkan pembacaan Buku Cerita Anak Dwibahasa, Kamis (12/12/2024). Foto: Akira suarasurabaya.net

Lebih dari itu, Andi juga berharap agar penggunaan dwibahasa dalam buku ini sekaligus bisa menjaga kelestarian bahasa itu.

“Mengingat saat ini banyak sekali bahasa yang mulai ditinggalkan penuturnya bahkan hilang,” ungkapnya.

Ide penggunaan dwibahasa ini juga muncul setelah UNESCO, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB menilai bahwa multikulturalisme dan multilingualisme itu sangat penting.

“Karena bahasa adalah sarana untuk mewariskan sesuatu. Kalau bahasa punah, otomatis pengetahuan juga hilang,” tegasnya.

Sementara itu, semangat meningkatkan literasi yang dibawa pula saat peluncuran Buku Cerita Anak Dwibahasa ini tidak berhenti hanya pada pendistribusian saja.

“Harapannya anak-anak tidak hanya membaca tapi juga melakukan review tentang buku ini dan berimajinasi dengan unsur-unsur yang ada di dalam buku tersebut sampai mempraktikan hal-hal di situ,” tutupnya. (kir/bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Truk Tabrak Rumah di Palemwatu Menganti Gresik

Surabaya
Kamis, 12 Desember 2024
26o
Kurs