Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat (USTDA) memberikan pendanaan hibah sebanyak 2 juta Dolar AS atau sekitar Rp31,3 miliar untuk bantuan teknis guna mendukung pengembangan infrastruktur kota pintar Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
“Kami akan memberikan dana hibah kepada Otorita Ibu Kota Nusantara untuk bantuan teknis yang akan mengembangkan desain rinci, spesifikasi teknis, dokumentasi pengadaan, dan strategi peningkatan kapasitas guna mendukung pengembangan infrastruktur prioritas kota pintar Nusantara,” kata Enoh T. Ebong Direktur USTDA, dilansir Antara, Kamis (7/3/2024).
Sejak berdiri pada 1992, USTDA telah mendanai lebih dari 100 proyek infrastruktur di negara berkembang dengan membawa misi membantu mengembangkan infrastruktur hijau dan berkelanjutan, termasuk membawa inovasi teknologi yang dimiliki Amerika Serikat.
Selain itu, USTDA juga membantu dari segi persiapan proyek dengan memberikan analisis komprehensif yang diperlukan untuk proyek infrastruktur prioritas dalam mencapai pembiayaan dan implementasi, termasuk membangun kemitraan dengan para pelaku industri AS yang akan berbagi pengetahuan, membangun hubungan, dan menemukan solusi AS untuk tantangan infrastruktur yang dihadapi.
“Kami melakukan ini dengan hibah kepada persiapan proyek yang merupakan pekerjaan tahap awal yang diperlukan dalam menentukan persyaratan teknis dan menarik pembiayaan serta investasi yang dibutuhkan,” ucapnya.
Sementara, pada April 2024, USTDA akan memboyong sejumlah delegasi dari Indonesia ke sejumlah kota di Amerika Serikat seperti New York, Texas, dan California untuk bertemu dengan para ahli infrastruktur, ahli kebijakan, dan ahli peraturan dengan tujuan memperkuat dan mengatasi tantangan infrastruktur yang dihadapi negara berkembang.
Menanggapi hibah dari Amerika Serikat tersebut, Bambang Susantono Kepala Otorita IKN mengatakan bahwa IKN yang bukan sekedar ibu kota yang hijau namun cerdas, tangguh, inklusif serta berkelanjutan, membutuhkan dukungan baik dalam bentuk investasi, pengetahuan, dan jaringan.
Sedangkan investasi IKN, disebut Bambang, hanya didanai sebanyak 20 persen oleh APBN. Sedangkan sisanya yakni 80 persen berasal dari pendanaan pihak swasta.
Kemudian, pembangunan IKN juga membutuhkan banyak pengetahuan termasuk dari Amerika Serikat yang terdepan dalam teknologi.
“Dan jaringan, bukan hanya jaringan akademisi dalam membantu dari sisi pengetahuan tapi juga jaringan, pemasok atau supplier dan kami juga paham AS merupakan salah satu juara dalam hal ini. Itulah kenapa kami bekerjasama dengan USTDA,” tutur Bambang.
Setelah mendapat hibah tersebut, Bambang merinci, kerja sama dengan USTDA lebih kepada pengembangan teknologi. Ia mencontohkan salah satunya pembangunan teknologi di pusat komando dan kendali dalam mengendalikan kota Nusantara, baik dari segi dampak iklim, sirkulasi transportasi, dan sebagainya.
“Jadi kerja sama dengan USTDA ini pertama untuk investasi jadi ada beberapa investor yg mereka coba untuk jajaki dengan kita dan kedua tentang pengembangan kapasitas pengetahuan untuk hal-hal yang sifatnya teknologi terbaru,” tambah dia. (ant/sya/saf/ipg)